Apakah Anda punya pendapat stereotip tentang PNS?
Misalnya “PNS itu pemalas”, “PNS itu bergaji kecil”, “PNS itu enak, gaji kecil tapi sabetan banyak” dsb.
Apakah Anda sendiri, anggota keluarga Anda atau teman baik Anda PNS?
Stereotip tadi tidak salah-salah amat, tetapi juga tidak benar 100%. Sewaktu kecil dulu saya juga tidak bercita-cita jadi PNS. Orang tua saya pedagang & guru ngaji partikelir. Penghasilannya memang tidak teratur seperti PNS, tetapi totalnya lebih besar. Saya pernah punya cita-cita jadi pengusaha berbasis teknologi. Tapi nasib mengharuskan saya mengambil ikatan dinas agar bisa dapat beasiswa ke luar negeri. Dan jadilah saya PNS sejak Februari 1987, dimulai dengan modal ijazah SMA dan pangkat II/a. Tujuh tahun kemudian (1994), ketika saya sudah mengantongi ijazah yang disamakan dengan S1, pangkat saya dinaikkan menjadi III/a. Dan empat tahun sesudahnya (1998), dengan ijazah S3, pangkat saya dinaikkan menjadi III/b. Kemudian saya mengajukan diri menjadi fungsional peneliti. Tahun 1998, ijazah Doktor dan sejumlah paper saya cukup untuk menjadi “Ajun Peneliti Muda” (atau sekarang istilahnya “Peneliti Muda III/c”). Karena jabatan peneliti saya lebih tinggi dari pangkat saya, maka saya mendapat Kenaikan Pangkat Pilihan 2 tahun, sehingga tahun 2000 pangkat saya menjadi III/c juga. Demikian seterusnya, dan tahun 2007 jabatan peneliti saya sudah “Peneliti Utama IV/e”, sehingga setiap dua tahun saya otomatis mendapat Kenaikan Pangkat Pilihan. Jadi tahun 2012 saya sudah mencapai pangkat tertinggi IV/e. Pangkat saya bahkan lebih tinggi dari pangkat Kepala Lembaga … 🙂
Tetapi meski demikian, saya belum dapat dikatakan mengumpulkan semua pengalaman PNS. Saya memang pernah menjadi pejabat fungsional (sebagai peneliti), pejabat struktural (kepala Balai/eselon-3, pelaksana harian kepala Pusat/eselon-2), surveyor, widyaiswara luar biasa, panitia seminar & pameran, penulis pidato pimpinan, penilai prakualifikasi, pembuat spesifikasi & RSNI, pembuat RUU, RPP, dan Raperka, pembuat Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK), koordinator supervisi, sekretaris pokja penanggulangan bencana, anggota tim seleksi CPNS, anggota tim reformasi birokrasi, dsb. Tetapi saya belum pernah – dan pernah menolak – untuk dijadikan Pimpro (atau sekarang disebut “Pejabat Pembuat Komitmen”). Saya cuma menjadi pengamat “yang sangat dekat dengan objek” … 🙂 (more…)