Aku berdiri di depan Masjid Sulaemania
Tempat Sultan Sulaiman memberangkatkan mujahidinnya
Yang pernah sampai di depan pintu Wina
dengan semboyan
Tanah yang pernah diinjak kuda Sultan adalah bumi Islam
Aku melintasi teluk Tanduk Emas
Sambil terbayang pada Sultan Mehmet al Fatih
Yang menyeberangkan kapal-kapalnya dari Bosporus ke sana
Melewati daratan dan bukit-bukit terjal, tanpa terduga
Aku rindu pada masa-masa
ketika ummat ini masih memiliki kemuliaannya
dengan aqidahnya, syari’atnya, jihadnya
karena itu memunculkan ide-ide cemerlang dari otakknya
Aku ngeri dengan sekulerisme yang menyebar kemana-mana
Laksana virus yang menggerogoti akal dan jiwa manusia
Sehingga mereka selalu mencari hiburan pemuas nafsu dunia
Tapi harkat dirinya masuk ke kerangjang sampah sejarah
Terpuruk dan ternista
(Istanbul, Juli 2004)
Di Aya Sofia, museum yang dulunya masjid dan gereja
Surat-surat Khalifah membuka mata dunia
Kebesaran Khilafah Usmania kini hampir tak bersisa
Selain masjid-masjid tua di segala penjuru kota
Gaya hidup Eropa telah menggila
Tapi di dunia, negeri ini bukan lagi apa-apa
Mustafa Kemal Ataturk telah membuatnya
Lembaga Bahasa yang bertugas menghapus kata-kata
yang dipinjam Turki dari bahasa Arab berabad-abad lamanya
Agar ummat sekarang semakin lupa
Bahwa Turki besar ketika Islam menjadi panglimanya
Dan dunia maju ketika syari’at menjadi aturannya.
Relakah kita terus menerus ditipunya?
(Istanbul, Juli 2004)