Saya pernah survei kecil-kecilan ke para finalis Lomba Penelitian Ilmiah Remaja Dikbud. Saya menjadi juri lomba ini sejak tahun 2008. Setiap tahun ada ratusan finalis yang diundang, dari seluruh Indonesia. Mereka ada yang membuat penelitian tentang energi surya, alat otomatis pemadam kebakaran, kandang ayam combo dengan sensor, atau juga penelitian matematika-arkeologis. Anehnya, lebih dari 50% mereka memiliki cita-cita yang sama: ingin jadi DOKTER !
Dokter hingga hari ini masih menjadi profesi idola. Ini fakta! Apakah karena stereotyp dokter di masyarakat masih bertahan: dihormati, kaya, dan bisa menolong siapa saja?
Faktanya boleh jadi tidak seindah itu.
Semua orang pernah jadi pasien. Tetapi tidak semua orang pernah jadi dokter, atau anggota keluarganya. Bukan sombong, saya hanya bersyukur, di keluarga besar saya ada 4 dokter. Pertama kakak ipar saya dokter gigi; kedua istri saya, dokter umum; ketiga keponakan saya, dokter spesialis kandungan (SpOG); dan keempat juga keponakan saya, dokter spesialis orthodenti.
Tapi anak sulung saya tidak ingin jadi dokter. Dia merasa lebih berbakat di matematika, dan saat ini kuliah ilmu komputer. Sewaktu kecil, ketika semua orang menyangka dia akan ikut-ikutan bercita-cita jadi dokter, dia bilang, “Ogah ah jadi dokter, malam-malam dibangunin orang sakit yang minta pertolongan”. (more…)