Oleh: Prof. Dr.-Ing. Fahmi Amhar
Peneliti Badan Informasi Geospasial
Antrian BBM di SPBU kini telah menjadi pemandangan sehari-hari di banyak wilayah tanah air. Kalau antrian ini hanya terjadi secara insidental dan lokal, mungkin ini hanya masalah teknis belaka. Tetapi karena ini gejala nasional dan berlarut-larut, maka ini pasti sistemis. Sistemis ini ada yang sifatnya kebijakan makro-ekonomis dan ada yang teknis. Yang makro-ekonomis adalah realita bahwa selama ini, meski produksi energi nasional masih lebih dari cukup, tetapi gas alam dan batubara mayoritas justru diekspor dengan harga jauh di bawah pasar internasional.
Asumsi APBN kita memang baru menghitung produksi minyak (lifting), dan belum produksi energi secara keseluruhan. Sedang secara teknis, baik minyak, gas dan batubara suatu hari memang akan habis, karena merupakan energi yang tidak terbarukan. Apalagi pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi juga menaikkan kebutuhan energi. Negara kaya minyak seperti Iran pun paham, bahwa suatu saat minyak mereka akan habis. Karena itu mereka mengembangkan nuklir.
Nuklir memang efisien, dan tidak menimbulkan gas rumah kaca (CO2) yang berdampak pemanasan global. Problema nuklir adalah skalanya yang besar, perlu teknologi tinggi dan peran negara yang kuat, yang sanggup menahan tekanan asing yang ketakutan nuklir itu akan digunakan untuk senjata. Selain itu limbahnya juga masih bermasalah, di samping risiko kecelakaan yang dapat fatal, seperti kasus Chernobyl 1986. Untuk Indonesia yang masyarakatnya terkenal ceroboh dan birokratnya tidak transparan, wajar jika ”bermain-main” dengan PLTN agak mengkhawatirkan.
Sebenarnya bahan bakar nuklir (Uranium) juga terbatas. Cadangan di dalam negeri amat kecil, sehingga kalau kita punya PLTN, bahan bakarnya harus impor. Ketergantungan pada asing tentu saja tidak kita inginkan.
Maka yang layak dikembangkan di negeri ini adalah energi terbarukan. Berbeda dengan energi baru yang bermakna non konvensional (seperti nuklir), energi terbarukan adalah energi yang di alam praktis tidak akan habis atau selalu diperbarui. Sumber asal energi ini ada tiga: (1) matahari / surya, (2) magma / panas bumi, (3) efek pasang surut.
Indonesia adalah negeri dengan sekitar 130 gunung api, yang berarti ada sekitar 130 lokasi berpotensi panas bumi. Panas bumi yang tidak bisa diekspor ini andaikata digunakan untuk pembangkit listrik akan menghasilkan daya di kisaran 30 GW, atau setara dengan seluruh pembangkit PLN saat ini.
(more…)