Acara Miss World yang kontroversial itu telah berlalu. Dampak negatifnya telah jelas. Masyarakat Muslim di Indonesia dicekoki nilai-nilai asing melalui ruang frekuensi – yang sebenarnya milik publik. Masyarakat diarahkan untuk berpikir bahwa kehebatan seorang wanita itu terutama oleh penampilannya, baik itu kecantikannya, tutur kata yang menunjukkan kecerdasannya, dan kelakuannya yang diatur oleh pengarah gaya. Motto mereka adalah “Beauty, Brain & Behaviour”. Tapi semua orang tahu, bahwa beauty atau kecantikan adalah syarat penentu. Kalau ada seorang gadis yang sangat cerdas, bahkan mungkin memiliki dua gelar doktor (syariah dan fisika), juga telah memiliki kiprah yang dirasakan luas di masyarakat, misalnya menemukan kompor murah hemat energi yang dibagi luas ke sejuta petani, juga mendirikan klub-klub cinta fisika yang menginspirasi jutaan pelajar SD, tetapi bibirnya sumbing dan tubuhnya tidak proporsional, sepertinya mustahil dia akan terpilih menjadi Miss World.
Adapun dampak positifnya (seperti naiknya kunjungan wisata manca negara ke Indonesia) tidak terjadi. Kunjungan wisata hanya bisa ditingkatkan kalau infrastruktur di negeri ini (terutama transportasi publik) diperbaiki, dan orang merasa aman dari kejahatan atau perlakuan tidak profesional aparat kita. (more…)