Pertanyaan:
Apakah fakta ru’yatul hilal pada masa Rasulullah saw dengan masa sekarang memang berbeda? Jika dulu di masa Rasulullah saw seolah-olah hilal begitu mudah dikenali tanpa harus dipaskan dulu dengan ilmu hisab astronomi, dan tanpa dipertanyakan apakah yang dilihat tersebut adalah hilal ataukah cahaya lainnya yang menyerupai hilal? Ini terlepas dari pembahasan peran ulil amri yaitu khalifah yang berwenang memutuskan kapan 1 ramadhan/1 syawal.
Jawaban:
Banyak fakta yang telah berbeda:
1. Dulu orang relatif lebih mengenal langit, karena belum ada jam; mereka tahu jadwal sholat setiap hari dengan menengok ke langit, termasuk untuk mengetahui apakah waktu Isya atau shubuh sudah masuk.
2. Dulu orang relatif lebih mengenal langit, karena belum ada kompas; di padang pasir mereka mencari arah dengan melihat langit, mengetahui dengan pasti konstelasi bintang terkait dengan arah.
3. Dulu banyak orang akrab dengan langit, termasuk tahu persis hilal itu seperti apa dan dilihat ke arah mana, sehingga rukyatul hilal belum menjadi “ilmu rahasia”, yang seolah-olah hanya segelintir orang dengan privilege tertentu yang dapat melakukannya. (more…)
BERIKUT INI ADALAH DATA SPASIAL-ASTRONOMI, BUKAN FIQIH dan BUKAN POLITIK
Tahun 2013
Ijtima’ Ramadhan 1434 H:
– Senin 8 Juli 2013 pukul 07.15 UTC (14.15 WIB).
— Tinggi bulan pada Senin sore:
. – di Jakarta: 0.20 derajat (hilal sudah wujud)
. – di Riyadh: -0.29 derajat (hilal belum wujud)
— Para penganut hisab:
. – Hisab Wujudul Hilal di Indonesia (seperti Muhammadiyah):
. maka puasa akan mulai pada Selasa 9 Juli 2013.
. – Hisab Imkanur Rukyat 2 derajat di Indonesia (seperti Persis):
. maka puasa akan mulai pada Rabu 10 Juli 2013.
Ijtima’ Syawal 1434 H:
– Rabu 7 Agustus 2013 pukul 00.51 UTC (07.51 WIB).
— Tinggi bulan pada Rabu sore:
. – di Jakarta: 3 derajat 30 ‘ 11.7 ”
. – di Riyadh: 1 derajat 14 ‘ 18.8 ”
— Para penganut hisab:
. – Hisab Wujudul Hilal maupun Imkanur Rukyat di Indonesia:
. hari raya akan jatuh hari Kamis 8 Agustus;
. berarti untuk Muhammadiyah puasa akan 30 hari;
. sedang untuk Persis puasa akan 29 hari.
Untuk penganut rukyat kemungkinan akan ada 3 macam:
– Penganut rukyat lokal yang tidak mengakui hisab dan berpegang semata kepada laporan rukyat hanya dari daerahnya, ada kemungkinan akan memulai puasa seperti kaum hisab imkanur rukyat (mulai puasa Rabu 10 Juli), dan akan istikmal. (puasa 30 hari, iedul fithri tgl Jum’at 9 Agustus).
– Penganut rukyat global yang tidak mengakui hisab dan berpegang semata kepada laporan rukyat apa saja dari mana saja, ada kemungkinan akan sama hasilnya dengan penganut hisab wujudul hilal. (puasa 30 hari).
– Penganut rukyat (lokal maupun global) yang memegang hisab imkanur rukyat sebagai salah satu alat untuk melindungi dari laporan rukyat yang tidak akurat (seperti Badan Hisab & Rukyat Kemenag RI), maka hasilnya akan sama dengan penganut hisab imkanur rukyat. (puasa 29 hari).
Masing-masing mengklaim berdasarkan Islam atas pemahaman masing-masing. Dalam kondisi seperti ini, mestinya diterapkan qaidah “Amrul Imam Yarfa’ul Khilaf” (keputusan khalifah menghentikan perselisihan).