Meramal yang paling sulit adalah meramal masa depan. Karena itu, berbeda dengan paranormal, seorang ilmuwan tidak menyebut perkiraan kejadian mendatang yang dihitung secara ilmiah (cuaca atau posisi benda langit) sebagai “meramal”, tetapi “prediksi” atau “extrapolasi”. Mereka berangkat dari banyak data empiris di masa lampau, mempelajari keteraturan yang diletakkan Allah di atasnya, yang dengan itu mereka bisa memperkirakan apa yang pasti akan terjadi. Kepastian prediksi ini tergantung akurasi data pengamatan yang dimasukkan, cakupan data, serta posisi dan dimensi objeknya. Hujan yang turun secara lokal mungkin sulit diprediksi. Tetapi datangnya badai hurricane skala besar bisa dipastikan beberapa hari sebelum tiba, sehingga cukup waktu untuk melakukan evakuasi. Sedang gerhana matahari / bulan bahkan sudah bisa dipastikan terjadi berpuluh tahun sebelumnya. Dalam margin-errornya, semua prediksi ini dapat dikatakan mencapai derajat pasti (qath’i).
Suatu pengetahuan disebut ilmiah, ketika memenuhi tiga syarat: (1) pengetahuan itu berasal dari pengamatan atas kejadian empiris yang bisa diulangi siapapun; (2) kejadian itu bisa dijelaskan semua berdasarkan teori ilmiah yang telah ada sebelumnya; (3) teori itu bisa untuk melakukan prediksi atas kejadan serupa di masa depan. Sesuatu yang tidak memenuhi tiga syarat itu, tidak termasuk domain dunia ilmiah, walaupun bisa tetap bermanfaat. (more…)