Setelah Tunisia dan Mesir, kini nyaris seluruh negeri di Timur Tengah bergolak. Sudah saatnya kita membahas negeri-negeri ini satu-satu, dari sudut pandang yang lain. Kerajaan Hasyimiyah Yordania, (bahasa Arab: أردنّ , Urdunn), ialah sebuah negara di Timur Tengah yang berbatasan dengan Suriah di sebelah utara, Arab Saudi di timur dan selatan, Irak di timur laut, serta Israel dan Tepi Barat di barat (seberang Laut Mati). Yordania menerima arus pengungsi Palestina selama lebih dari 60 tahun, menjadikannya sebagai penampung pengungsi terbesar dunia. Menurut catatan PBB, ada sekitar 2 juta pengungsi Palestina dan sejak perang di Irak, jumlah ini bertambah sekitar 1 juta pengungsi Irak. Negara yang miskin bahan tambang ini mengimpor minyak dari tetangganya.
Yordania sebelum Perang Dunia I adalah sebuah provinsi Khilafah Utsmaniyah, kemudian menjadi jajahan Inggris, sebelum akhirnya diberi “kemerdekaan” pada tahun 1946. Penduduknya sekitar 6,5 juta orang dengan luas wilayah hanya 92.300 km2 (sebesar Provinsi Sumsel). Wilayah ini sebagian adalah padang pasir sehingga kota-kotanya relatif berpenduduk padat.
Meski demikian, Yordania menikmati GDP US$ 27 milyar atau pendapatan perkapita US$ 4.435. Namun APBN Yordania masih hampir setengahnya
disumbang oleh pemerintah Amerika Serikat. Ini adalah kompensasi Yordania mau berdamai dengan Israel pada konferensi Madrid tahun 1994. Selain itu Amerika Serikat juga membuat pasar bebas untuk barang-barang Yordania, selama sebagian materialnya dibeli dari Israel!
Pendapatan Yordania sebagian besar didapat dari turisme. Yordania memiliki sejumlah besar wisata sejarah, agama dan alam. Ada kota Petra yang dipahat di bebatuan dan telah berusia lebih dari 2000 tahun. Dan ada Laut Mati yang kadar garamnya sangat tinggi, sehingga orang tidak bisa tenggelam.
Dari Indonesia juga banyak biro travel yang mengadakan Umrah + Yordan. Kadang ditambah masjid Al-Aqsa, kalau situasi di Yerusalem yang
dikuasai Israel dinyatakan aman. Di Yordan ini mereka akan diajak napak tilas para Nabi, seperti bukit Nebo –bukit tempat Nabi Musa melihat tanah yang dijanjikan (Palestina) dan gua Ashabul Kahfi.
Kesadaran Islam kembali ke masyarakat Yordania sejak 1980-an, bersamaan dengan gelombang “intifadhah” di Palestina akibat kekecewaan pada
perdamaian dengan Israel yang diawali oleh Mesir. Ini antara lain ditandai dengan semakin banyaknya perempuan yang berbusana Muslimah. Dan mereka ini justru kaum terpelajar (seperti di kampus-kampus universitas) atau juga yang bekerja! Di masjid Universitas Yarmuk, ada bagian khusus untuk perempuan yang nyaris setiap hari penuh oleh sejumlah besar perempuan yang sedang mempelajari Islam.
Di Yordania, politik oposisi telah lama dilarang. Sejak 1950-an, nyaris hanya Ikhawanul Muslimin yang legal sebagai partai politik. Anehnya, ini hanya politik dari Raja Hussein untuk mendukung Syah Iran yang saat itu dihadapkan pada oposisi Ayatullah Khomeini. Politik ini masih berlanjut ketika terjadi perang Irak-Iran, di mana Yordania seperti negeri-negeri sunni lainnya, ada di pihak Irak. Secara umum, pemerintah melalui berbagai jalur berusaha mendorong berkembangnya Islam moderat. Namun melihat gelombang reformasi Timur Tengah akhir-akhir ini, sepertinya penguasa Yordania mulai serba salah. Dibiarkan, mereka bisa tergulung; namun jika ditekan justru bisa meledak. Namun sebagai sebuah negara, mungkin Jordania terlalu kecil untuk bermetamorfosis menjadi cikal bakal Negara Khilafah, sekalipun konon Hizbut Tahrir berpusat di sana.[]