Acara Miss World yang kontroversial itu telah berlalu. Dampak negatifnya telah jelas. Masyarakat Muslim di Indonesia dicekoki nilai-nilai asing melalui ruang frekuensi – yang sebenarnya milik publik. Masyarakat diarahkan untuk berpikir bahwa kehebatan seorang wanita itu terutama oleh penampilannya, baik itu kecantikannya, tutur kata yang menunjukkan kecerdasannya, dan kelakuannya yang diatur oleh pengarah gaya. Motto mereka adalah “Beauty, Brain & Behaviour”. Tapi semua orang tahu, bahwa beauty atau kecantikan adalah syarat penentu. Kalau ada seorang gadis yang sangat cerdas, bahkan mungkin memiliki dua gelar doktor (syariah dan fisika), juga telah memiliki kiprah yang dirasakan luas di masyarakat, misalnya menemukan kompor murah hemat energi yang dibagi luas ke sejuta petani, juga mendirikan klub-klub cinta fisika yang menginspirasi jutaan pelajar SD, tetapi bibirnya sumbing dan tubuhnya tidak proporsional, sepertinya mustahil dia akan terpilih menjadi Miss World.
Adapun dampak positifnya (seperti naiknya kunjungan wisata manca negara ke Indonesia) tidak terjadi. Kunjungan wisata hanya bisa ditingkatkan kalau infrastruktur di negeri ini (terutama transportasi publik) diperbaiki, dan orang merasa aman dari kejahatan atau perlakuan tidak profesional aparat kita. (more…)
Apakah bedanya antara “arsitektur Islam” dan “arsitektur syariah”? Adakah sebenarnya istilah “arsitektur syariah”?
Arsitektur Islam jauh lebih mudah dipahami, karena sering disamakan dengan bentuk dan ornamen Timur Tengah, penggunaan bentuk kubah, kaligrafi dan penanaman pohon palem di tamannya. Sementara aristektur syariah agak lebih abstrak.
Tetapi sebenarnya orang sudah sering mengeluhkan ketika di suatu ruang publik seperti hotel, mal, terminal atau stadion, mushalanya amat sempit, pengab, atau di lokasi yang paling sulit dijangkau. Sering juga mushola itu sebenarnya tidak dari awal didesain sebagai mushala, tetapi hanya diimprovisasi karena ada kebutuhan. Ini adalah indikasi bahwa diperlukan adalah suatu arsitektur yang mendukung penerapan syariah, meskipun baru sebatas kewajiban fardhiyah (ibadah, menjaga aurat).
Tetapi minat (ghirah) yang meningkat pada Islam, baik dari sisi bentuk (arsitektur Islam ala Timur Tengah) maupun substansi (arsitektur ramah syariah) ini harus diapresiasi dan dipupuk. Persoalannya memang banyak bangunan modern yang tidak dibangun oleh arsitek Muslim atau arsitek yang sadar syariah. Lebih parah lagi jika pemilik gedung juga tidak memiliki kesadaran syariah, sehingga ketika membuat spesifikasi gedung yang akan dibangun, dia melupakan detil yang terkait syariah.
Saat ini, teknologi arsitektur modern memang sudah tidak lagi berada di tangan umat Islam. Padahal kalau berkaca pada sejarah, akan kita temukan bahwa inovasi arsitektur terbesar justru dilakukan para arsitek Muslim. Yang paling terkenal tentu saja Sinan! (more…)