Beyond the Scientific Way

Fahmi Amhar Official Blog
August 24th, 2010

Tanya Jawab Seputar Hizbut Tahrir (1)

(sumber : www.1924.org ; Frequently Asked Question-About Hizb ut-Tahrir)

Apa itu Hizbut Tahrir?
Hizbut Tahrir adalah organisasi politik Islam global yang didirikan pada 1953 di bawah pimpinan pendirinya – seorang ulama, pemikir, politisi ulung, dan hakim Pengadilan Banding di al-Quds (Yerusalem), Taqiuddin an-Nabhani. Hizbut Tahrir beraktivitas di seluruh lapisan masyarakat di Dunia Islam mengajak kaum Muslim untuk melanjutkan kehidupan Islam di bawah naungan Negara Khilafah.

Hizbut Tahrir beraktivitas di seluruh dunia Islam untuk memperkuat komunitas Muslim yang hidup secara islami dalam pikiran dan perbuatannya, dengan terikat pada hukum-hukum Islam dan menciptakan identitas Islam yang kuat. Hizbut Tahrir juga beraktivitas bersama-sama komunitas Muslim di Barat untuk mengingatkan mereka agar menyambut seruan perjuangan mengembalikan Khilafah dan menyatukan kembali umat Islam secara global. Hizbut Tahrir juga berupaya menjelaskan citra Islam yang positif kepada masyarakat Barat dan terlibat dalam dialog dengan para pemikir, pembuat kebijakan dan akademisi Barat.

Mengapa Hizbut Tahrir menyebut dirinya sebagai “partai politik Islam”?

Berbeda dengan tradisi sekular, dalam Islam tidak ada dikotomi antara agama dan politik. Aktivitas yang Hizbut Tahrir lakukan adalah aktivitas politik, karena dengan aktivitas ini Hizbut Tahrir berupaya memelihara kemaslahatan umat sesuai dengan hukum-hukum dan solusi-solusi Islam; Islam memandang politik sebagai aktivitas memelihara kepentingan masyarakat dengan aturan dan solusi Islam.

Apa metodologi Hizbut Tahrir?

Hizbut Tahrir mengadopsi metodologi yang digunakan oleh Nabi Muhammad saw untuk mendirikan Negara Islam pertama di Madinah. Nabi Muhammad saw membatasi aktivitas penegakan Negara Islam pada ranah intelektual dan politik. Beliau saw mendirikan negara Islam tanpa menempuh jalan kekerasan. Beliau saw berjuang memobilisasi opini publik agar mendukung Islam dan berupaya mempengaruhi kelompok elit intelektual dan politik pada masanya. Meskipun mengalami beragam penyiksaan dan pemboikotan, Nabi Muhammad saw dan golongan Muslim perdana tidak pernah mengambil jalan kekerasan.
Kami mengadopsi perjuangan intelektual dan politik ini karena kami yakin ini merupakan jalan yang benar dan efektif untuk menegakkan kembali Khilafah Islam. Karena itu, Hizbut Tahrir secara proaktif menyebarkan pemikiran-pemikiran Islam, baik yang bersifat intelektual maupun politik, secara luas di masyarakat-masyarakat Muslim sembari menantang status quo yang ada.
Hizbut Tahrir menyuarakan Islam sebagai jalan hidup yang komprehensif yang mampu menangani seluruh urusan bermasyarakat dan bernegara. Hizbut Tahrir juga mengemukakan pandangan-pandangannya terhadap peristiwa-peristiwa politik dan menganalisisnya dari perspektif Islam.

Hizbut Tahrir menyebarkan pemikiran-pemikirannya melalui diskusi dengan masyarakat, lingkar studi, ceramah, seminar, pendistribusian leaflet, penerbitan buku dan majalah dan via Internet.

Metodologi Hizbut Tahrir dijelaskan secara rinci dalam buku The Methodology of Hizb ut-Tahrir for Change.

Di mana Hizbut Tahrir beraktivitas?

Hizbut Tahrir beraktivitas di Eropa, Asia Tengah, Timur Tengah, anak benua India, Australasia dan Amerika.

Apakah Hizbut Tahrir menganjurkan kekerasan dan apakah Hizbut Tahrir menjadi kepanjangan tangan para teroris?

Hizbut Tahrir berkeyakinan bahwa perubahan yang dicita-citakan harus dimulai dari pemikiran orang-orang dan kami yakin orang-orang atau masyarakat tidak dapat dipaksa untuk berubah dengan kekerasan dan teror. Konsekuensinya, Hizbut Tahrir tidak menganjurkan atau terlibat dalam kekerasan. Hizbut Tahrir sangat terikat terhadap hukum Islam dalam seluruh aspek perjuangannya. Hizbut Tahrir adalah entitas intelektual dan politik Islam yang berupaya mengubah pemikiran umat melalui diskusi dan debat intelek. Kami memandang bahwa hukum Islam melarang penggunaan kekerasan atau perjuangan bersenjata melawan rezim penguasa sebagai metoda untuk menegakkan kembali Negara Islam.

Banyak sekali artikel yang dipublikasi di beragam saluran media, termasuk di antaranya Reuters, Itar-Tass, Pravda, AFP, Al-Hayat, AP dan RFERL, yang dengan jelas menyatakan bahwa Hizbut Tahrir adalah organisasi nonkekerasan yang menolak perjuangan bersenjata atau kekerasan sebagai bagian dari metodologi partai.

Apakah Hizbut Tahrir kelompok ekstrimis?

Kelompok-kelompok ekstrimis mengeksploitasi rasa takut umat dan memberikan argumen-argumen mentah berdasarkan pemikiran yang lemah dan salah. Kami tidak bersembunyi di balik polemik dan slogan – kami yakin kekuatan pemikiran-pemikiran kami terlihat jelas dalam literatur kami. Para anggota kami telah berdiskusi dan berdebat dengan beberapa pemikir terbaik di dunia seperti Noam Chomsky, Daniel Bennett dan Flemming Larsen dari IMF, karena kami yakin satu-satunya cara untuk memajukan manusia ialah dengan terlibat dalam diskusi dan debat global. Kami yakin sekarang ini sudah saatnya menghapuskan label kuno ‘ekstrimis’ dan ‘moderat’ dan kami pun yakin bahwa setiap orang yang memiliki pandangan yang berbeda bisa terlibat dalam dialog yang rasional. Jika Anda ingin salah seorang anggota kami berpartisipasi dalam debat atau diskusi panel yang Anda selenggarakan, silahkan kontak kami.

Apakah Hizbut Tahrir memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok lain?

Hizbut Tahrir tidak ada hubungan dengan gerakan, partai atau organisasi Islam atau non-islam, baik dari segi nama maupun aktivitasnya.

Mengapa Hizbut Tahrir dilarang di banyak negara?

Hizbut Tahrir berada pada garis terdepan dalam aktivitas politik di Dunia Islam. Hizbut Tahrir telah menantang dan menjadi perhatian para penguasa tiran di Dunia Islam. Rezim-rezim tiran itu merespon aktivitas Hizbut Tahrir dengan cara memenjarakan, menyiksa dan membunuhi para anggota kami. Meskipun tantangan kami terhadap rezim-rezim ini berada pada tataran intelektual dan politik, yakni dengan melakukan debat dan diskusi, rezim-rezim ini mengambil langkah melarang dan membungkam partai, karena mereka tidak punya pemikiran intelektualnya sendiri. Karena rezim-rezim ini tidak menoleransi setiap oposisi, maka partai-partai yang beroposisi lainnya juga dilarang. Meskipun ada pelarangan dan intimidasi terhadap anggota-anggotanya, pemikiran-pemikiran Hizbut Tahrir terus menyebar di masyarakat.

Siapa yang mendanai Hizbut Tahrir?

Organisasi ini didanai sepenuhnya oleh anggota-anggotanya dan kami tidak menerima segala bentuk bantuan dana dari pemerintahan manapun. Karena perjuangan Hizbut Tahrir terfokus pada penyebaran pemikiran, maka biaya operasinya sangat minim, karena pemikiran tidak perlu biaya.

Siapa dan di mana pemimpin Hizbut Tahrir?

Pemimpin global Hizbut Tahrir, Ata Abu Rushta, berada di dunia Islam. Beliau menulis sejumlah buku politik dan hukum Islam dan sebelumnya pernah menjadi juru bicara resmi partai. Selama menjadi juru bicara partai di Yordania beliau pernah ditahan selama beberapa tahun sebagai tahanan politik. Sejak memangku amanah sebagai pemimpin partai beliau pernah berbicara dalam konferensi di Yaman dan Pakistan. Beliau juga rutin berbicara di website resmi Kantor Media Hizbut Tahrir, www.hizb-ut-tahrir.info. Dengan adanya penganiayaan terhadap para anggota kami di Dunia Islam, kami tidak ingin membantu para penguasa tiran dengan menunjukkan keberadaan pemimpin partai.

Dapatkah saya mengikuti pertemuan Hizbut Tahrir?

Semua pertemuan kami dilakukan secara terbuka dan siapapun yang tertarik, tanpa melihat pandangan politik dan intelektual mereka, berhak untuk berperan serta. Setiap peserta kami berikan hak untuk berpartisipasi dalam mendiskusikan isi pertemuan, apapun sikap dan pandangan mereka terhadap Islam atau apapun materi pertemuan tersebut. Untuk mengetahui rincian pertemuan yang terdekat dengan Anda, silahkan hubungi kami.

Bagaimana caranya bergabung dengan Hizbut Tahrir?

Keanggotaan Hizbut Tahrir bersifat terbuka bagi seluruh Muslim, pria maupun wanita, tanpa memandang suku bangsa, ras dan aliran pemikiran, karena partai melihat mereka semua dari sudut pandang Islam. Seseorang dapat menjadi anggota partai setelah melakukan kajian dan perenungan mendalam tentang pemikiran-pemikiran dan pendapat-pendapat partai. Keanggotaan seseorang didasarkan pada kematangan individu dalam menguasai tsaqofah partai dan mengadopsi pemikiran dan pendapat partai.

Apakah wanita terlibat dalam Hizbut Tahrir?

Di Hizbut Tahrir wanita memainkan peran aktif dalam rangka mencapai tujuan partai. Mereka melakukan perjuangan intelektual dan politik termasuk menyeru para penguasa di Dunia Islam untuk bangkit dan berjuang melawan penindasan dan ketidakadilan. Banyak anggota wanita di Hizbut Tahrir yang dipenjara sebagai tahanan politik oleh sejumlah rezim di Dunia Islam. Sesuai dengan hukum Islam, aktivitas wanita terpisah dari aktivitas pria.

Tags: , ,

August 1st, 2010

Universitas Kelas Dunia

Dr. Fahmi Amhar

Diskusi seputar kualitas perguruan tinggi tidak hanya menarik setiap tahun ajaran baru.  Untuk Indonesia yang rasio sarjana ke jumlah penduduk baru 6%, menjadi sarjana masih menjadi cita-cita banyak orang, dan merupakan salah satu cara naik ke jenjang sosial dan ekonomi yang lebih tinggi.

Namun tentu saja cita-cita itu hanya akan terwujud kalau perguruan tinggi yang memberikan gelar sarjana adalah perguruan tinggi yang bermutu.  Karena itu, informasi tentang kualitas perguruan tinggi menjadi sangat penting, walaupun orang tetap seharusnya tahu diri, apakah dia memiliki bakat yang dibutuhkan untuk kuliah di perguruan tinggi favorit itu.  Ini karena perguruan tinggi yang bermutu biasanya juga diserbu peminat, bahkan dari manca negara.  Karena itu, rasio kapasitas dengan peminat serta rasio mahasiswa mancanegara sering dijadikan aspek-aspek yang dinilai dalam pemeringkatan perguruan tinggi, misalnya oleh Academic Ranking of World Universities (ARWU), Times Higher Education (THES), ataupun Webometrics.  Aspek penilaian lainnya adalah jumlah paper internasional yang dihasilkan, penyerapan dan persepsi di dunia kerja dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan seperti jumlah dan kualitas dosen, perpustakaan, laboratorium serta sarana informasi dan akses internet.

Para pemeringkat itu kemudian membuat ranking perguruan tinggi sedunia.  Terang saja, mayoritas 100 atau 500 perguruan tinggi top di dunia berada di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang atau Australia.  Sebagian kecil ada di Singapura, China, Korea, India atau Malaysia.

Bagaimana seandainya pemeringkatan ini dilakukan seribu tahun yang lalu?

Maka universitas yang paling top di dunia saat itu tak pelak lagi ada di Gundishapur, Baghdad, Kufah, Isfahan, Cordoba, Alexandria, Cairo, Damaskus dan beberapa kota besar Islam lainnya.  Perguruan tinggi di luar Daulah Islam paling-paling hanya ada di Konstantinopel yang saat itu masih menjadi ibukota Romawi Byzantium, di Kaifeng ibu kota China saat itu atau di Nalanda, India.  Selain itu, termasuk di Eropa Barat, seribu tahun yang lalu belum ada perguruan tinggi.  Di Amerika Serikat apa lagi.  Benua itu baru ditemukan tahun 1492.

Sebenarnya di Yunani tahun 387 SM pernah didirikan Universitas oleh Plato, namun pada awal Milenium-1 universitas ini tinggal sejarah.  Berikutnya adalah Universitas di Konstantinopel yang berdiri tahun 849 M, meniru universitas di Baghdad dan Cordoba.  Universitas tertua di Itali adalah Universitas Bologna berdiri 1088.  Universitas Paris dan Oxford berdiri abad ke-11 hingga 12, dan hingga abad-16 buku-bukunya referensinya masih diimpor dari dunia Islam.

Namun, dari sekian universitas di dunia Islam itu, dua yang tertua dan hingga kini masih ada adalah Universitas al-Karaouiyinne di Fez Maroko dan al-Azhar di Cairo.

Universitas al-Karaouiyinne di Fez – Maroko, menurut Guiness Book of World Record merupakan universitas pertama di dunia secara mutlak yang masih eksis.  Kampus legendaris ini awalnya mengambil lokasi di mesjid Al Karaouiyinne yang dibangun tahun 245 H/ 859 M, di kota Fes – Maroko.  Universitas ini telah mencetak banyak intelektual Barat seperti, Silvester II, yang menjadi Paus di Vatikan tahun 999 – 1003 M, dan memperkenalkan “angka” arab di Eropa.

Universitas ke dua tertua di dunia adalah al-Azhar yang mulai beroperasi sejak tahun 975 M. Fakultas yang ada waktu itu yang paling terkenal adalah hukum islam, Bahasa Arab, Astronomi, Kedokteran, Filsafat Islam, dan Logika.  Universitas al-Azhar didirikan pada 358 H (969 M) oleh penguasa Mesir saat itu, yaitu dinasti Fathimiyah – yang menganut aliran syiah Ismailiyah, sebuah aliran syiah yang oleh kalangan Sunni dianggap sesat karena sangat mengkultuskan Ali dan mencampuradukkan Islam dengan ajaran reinkarnasi.

Ketika tahun 1160 M kekuasaan Fatimiyah digulingkan oleh bani Mameluk yang sunni – sebagai persiapan untuk memukul balik pendudukan tentara Salib di Palestina -, pendidikan al-Azhar yang disubsidi total ini sempat terhenti.  Konon di beberapa jurusan yang sensitif syiah, “pause” ini berjalan hingga 17 tahun!  Mungkin sebuah cara untuk “memotong generasi”.

Ketika pasukan Mongol menyerang Asia Tengah dan menghancurkan kekuatan kaum muslimin di Andalusia, Al Azhar mernjadi satu-satunya pusat pendidikan bagi para ulama dan intelektual muslim yang terusir dari negeri asal mereka. Para pelajar inilah yang kemudian berjasa mengharumkan nama Al Azhar.

Pada masa dinasti Utsmaniyyah, Al Azhar mampu mandiri, lepas dari subsidi negara karena besarnya dana wakaf dari masyarakat.  Wakafnya pun tak main: ada wakaf berupa kebun, jaringan supermarket, armada taksi dan sebagainya.

Kegiatan di Al Azhar sempat terhenti ketika pasukan Prancis di bawah Napoleon Bonaparte mengalahkan Mesir pada tahun 1213 H / 1789 M. Napoleon sendiri menghormati Al Azhar para ulamanya. Bahkan ia membentuk semacam dewan yang terdiri dari sembilan syaikh untuk memerintah Mesir. Namun hal itu tidak menghentikan perang antara kaum muslimin di bawah pimpinan Syaikh Muhamad Al Sadat melawan imperialis Prancis. Melihat situasi waktu itu akhirnya Imam Agung Al Azhar dan para ulama sepakat untuk menutup kegiatan belajar di Al Azhar karena aktivitas jihad fi sabilillah.  Tiga tahun setelah pasukan Prancis keluar dari Mesir, barulah Al Azhar kembali dibuka.

Karena itu, jika kembali ke “world-class-university”, sudah selayaknya kita tidak perlu ikut-ikutan pada standar yang ditetapkan Barat.  Islam tentu memiliki standar sendiri, seperti apa kualitas manusia yang ingin dicetak oleh sebuah universitas.  Mereka tidak cuma harus mumpuni secara intelektual, namun juga memiliki kedalaman iman, kepekaan nurani, kesalehan sosial dan keberanian dalam menegakkan amar ma’ruf – nahi munkar serta siap mati syahid dalam jihad fii sabilillah.

Sekarang di Indonesia, beberapa IAIN telah diubah menjadi islamic university yang ingin meraih kembali taraf world-class-university seperti di masa peradaban Islam.  Di Malaysia bahkan sudah lama berdiri International Islamic University of Malaysia (IIUM).  Namun melihat struktur kurikulum dan budaya keilmuan yang ada saat ini, sepertinya masih perlu upaya keras dari para civitas akademika agar upaya itu memang menghasilkan produk kelas dunia yang khas Islam.  Bahasa filosofinya, ada “ontologi” dan “epistemologi” Islam di sana.  Untuk itu tentu wajib ada dukungan politik Islam yang memadai.

Namun kita tetap optimis.  Karena istilah college yang lazim dipakai di Amerika, ternyata diambil dari istilah Arab “kulliyyat” yang artinya merujuk pada sesuatu yang urgen yang harus dimengerti keseluruhan.

Tags: , , ,

July 27th, 2010

Pencari Ilmu Pencari Tuhan

Dr. Fahmi Amhar

Hari-hari ini tahun ajaran baru di sekolah-sekolah dimulai. Anak-anak kecil yang baru masuk sekolah masih antusias dengan lingkungan dan teman-teman baru.  Anak-anak yang lebih besar tampak kurang bersemangat.  Liburan yang menyenangkan telah lewat.  Kini rutinitas yang menjemukan telah dimulai lagi.

Menjemukan?  Ya, di negeri ada ribuan sekolah dan jutaan siswa.  Mereka menghabiskan banyak waktu, tenaga dan biaya.  Mereka melakukan banyak hal, kecuali belajar.  Mereka mendapatkan banyak hal, kecuali ilmu!

Ironis.  Tapi itulah kenyataannya.  Salah satu penyebab murid tak bersemangat adalah guru yang tak termotivasi.  Dan salah satu penyebab guru tak termotivasi adalah pemerintah yang tidak memiliki visi.  Bagi pemerintah, pendidikan adalah urusan kesejahteraan rakyat yang menghabiskan uang, bukan urusan perekonomian yang mendatangkan uang.  Pendidikan tidak pernah dipandang sebagai suatu investasi.  Kalaupun ada pendidikan yang dianggap investasi, itu hanyalah program studi tertentu saja yang nanti alumninya akan menjadi profesional yang dapat menangguk penghasilan tinggi.  Jadi kalau swasta dilibatkan, mereka hanya tertarik membuka sekolah yang prospektif secara bisnis.  Maka sekolah swasta juga hanya tertarik menjaring siswa yang kaya atau yang cerdas.  Mereka yang kaya meski kurang cerdas, atau miskin namun cerdas, akan mendapatkan solusi pendidikannya.  Yang kaya bisa membayar.  Yang miskin namun cerdas bisa mendapatkan beasiswa atau pinjaman.  Pemberi beasiswa atau pinjaman yakin itu investasi.

Namun siapa yang akan memikirkan mereka yang kurang cerdas dan juga miskin?  Karena miskin mereka kurang gizi, akibatnya kurang tenaga untuk belajar, jadinya kurang cerdas, sehingga tidak punya banyak pilihan dalam mencari nafkah, sehingga penghasilannya rendah, miskin.  Harus ada yang memutus lingkaran setan ini!

Negaralah yang harus memutusnya.  Negara dengan pemimpin pemerintahan yang memiliki visi.  Inilah yang terjadi dengan Daulah Islam sejak berdirinya.

“Setiap muslim, laki-laki maupun perempuan, hukumnya fardhu mencari ilmu” kata Rasulullah.  Mencari ilmu dimasukkan dalam ibadah.  “Kejarlah ilmu sampai ke liang lahat” – jadi mencari ilmu tidak berakhir dengan tercapainya gelar S3.  Rasulullah juga menekankan, “Barang siapa mencari ilmu, dia sedang mencari Tuhan”, “Mempelajari ilmu bernilai seperti puasa, mengajarkan ilmu bernilai seperti shalat, barangsiapa mati dalam perjalanan mencari ilmu, dia seperti mati syahid dalam jihad fi sabilillah”.  Pencarian ilmu akan memperdalam pengenalan seorang muslim pada Rabbnya.  Semua ilmu berasal dari Allah dan ditujukan kepada Allah.  “Kejarlah ilmu, dari sumber manapun!”, “Terimalah ilmu, sekalipun dari lisan seorang musyrik”.

Motivasi inilah yang menyebabkan bangsa Arab tiba-tiba menjadi “ilmu-mania” nomor satu di dunia.

Ketika Barat terjebak dalam kurungan kegelapan, dan menganggap kebenaran hanya ada di kitab suci, sedang pendapat para ilmuwan yang ada saat itu sebagai sumber kesesatan, kaum muslimin justru melihat bahwa Al-Quran adalah pedoman hidup, sedang ilmu-ilmu kehidupan seperti sains dan teknologi, adalah sesuatu yang wajib dipelajari dari mana saja, sekalipun sampai ke Cina.

Maka, tak sampai seabad setelah Islam memulai futuhat dan Quran selesai diwahyukan, ilmu pengetahuan mekar seperti lautan bunga musim semi setelah musim dingin.

Dan apa yang terjadi saat suatu futuhat (penaklukan) suatu negeri terjadi?  Bukan penyerahan senjata, kunci pertambangan penting atau harta benda berharga yang menjadi syarat perjanjian perdamaian, namun seperti Khalifah Harun ar-Rasyid ketika menaklukkan Amuria dan Ankara: penyerahan buku-buku manuskrip Yunani kuno!  Buku-buku yang sebenarnya telah ratusan tahun terabaikan dan dilupakan oleh dunia Kristen.

Buku-buku itu tidak kemudian dikonservasi dan disimpan di museum, namun dihidupkan kembali untuk dibawa ke era modern.  Caranya?  Diterjemahkan!

Buku-buku itu tidak diterjemahkan ke bahasa yang hanya dikuasai segelintir kaum elit, seperti halnya bahasa Latin di Eropa; namun diterjemahkan ke bahasa yang pasti akan hidup hingga akhir zaman, yaitu bahasa Qur’an: bahasa Arab!  Setiap muslim wajib mempelajari Qur’an, jadi setiap muslim wajib dapat membaca dan mengerti tulisan Arab.  Maka dengan menerjemahkan semua buku-buku ilmu ke dalam bahasa Arab, itu berarti membuka akses ilmu bagi semua orang.

Kesuksesan pekerjaan penerjemahan tidak sedikitpun di bawah kesuksesan pekerjaan pengumpulan buku.  Harun ar-Rasyid memerintahkan untuk mendatangkan para pakar segala bahasa ke istananya.  Mereka bekerja di bawah koordinasi Yahya bin Masawih menerjemahkan segala buku ilmiah yang bisa diperoleh dari manapun hingga saat itu.  Untuk memperbanyak tim penerjemahan, Khalifah al-Makmun mendirikan Akademi Penerjemahan.

Begitulah, para ulama Islam dengan penerjemahannya telah menjaga karya-karya ilmiah antik dari kehilangan total.  Tanpa pekerjaan mereka, dunia kita sekarang tidak akan mengenal buku anatomi dari Galens; buku mekanika dan matematika dari Heron, Philo dan Menelaos; buku astronomi dari Ptolomeus; buku geometri dari Euklides; buku tentang irisan kerucut dari Appolonius; buku tentang kesetimbangan di air dari Archimedes dan sebagainya.

Buku-buku itu kemudian disalin ribuan kali oleh para waraqin (yang berfungsi seperti mesin foto copy), kemudian dikirim ke perpustakaan-perpustakaan.  Setiap masjid punya perpustakaan.  Setiap rumah sakit memiliki ruang tunggu yang lengkap dengan perpustakaan.  Dan semua orang dapat membaca atau meminjamnya.  Sebuah kota kecil seperti Najaf di Iraq saja abad 10 M memiliki perpustakaan dengan koleksi 40.000 buku!  Perpustakaan itu menjadi bursa ilmu pengetahuan yang paling mudah, tempat orang dapat bertemu dengan para pakar untuk bertransaksi ilmu.  Dan ilmu – seperti kata Imam Ali – adalah sesuatu yang ketika diberikan tidak berkurang, namun justru bertambah!

Belajar menjadi murah, ketika akses ilmu pengetahuan dibuat mudah oleh negara.  Negara memiliki visi yang dibuktikan dengan tindakan. Negara mempromosikan ilmu sehingga rakyat cinta ilmu, sehingga orang-orang kaya berlomba wakaf fasilitas pembelajaran, sehingga para cerdik pandai mencari ilmu dan mengajarkannya dengan semangat mencari Tuhan.

Maka spiral kegelapan pada mereka yang kurang cerdas dan miskin pun terputus.  Tidak ada orang miskin yang terhalang belajar oleh kemiskinannya.  Dan tidak ada orang yang dianggap kurang cerdas dalam mencari Tuhannya.

Tags: ,