bukan tanda-tanda kebodohan
Semangat muda yang membaja memang harus ada,
Tetapi itu tidak cukup untuk bekal ke medan laga,
Semua harus disertai sabar yang tak kunjung reda,
Untuk terus belajar, dan tak lekas menepuk dada.
Berikut ini bukan tanda-tanda kebodohan,
tapi kemalasan belajar serius berbulan-bulan,
atau kesombongan merasa sudah ikut sebuah gerakan,
yang lebih hebat dari orang kebanyakan.
Tanda pertama:
Gerakan kami paling benar, yang lain semua salah,
Karena mereka semua tergolong ahli bid’ah,
Duduk bersama ahli bid’ah, itu haram jaddah,
Jadi tak boleh lagi diskusi bersama mereka-lah.
Tanda kedua:
Gerakan mereka asasnya keliru, jadi semuanya palsu,
Apapun yang mereka lakukan, kita tidak boleh setuju,
Status mereka itu, otomatis jadi masalah tahu !
Bahwa mereka akan gagal, kami sudah yakin dari dulu.
Tanda ketiga:
Dakwah itu harus jelas, tegas, tidak boleh basa basi,
Karena itu tidak masalah kalau harus mencela dan memaki,
Santun itu sunnah, wajib sampaikan kebenaran itu pasti,
Kalau lalu dimusuhi, itu risiko kami para pewaris nabi.
Tanda keempat:
Hati-hati dengan peradaban kufur,
Semua hal yang berasal dari sana harus dikubur,
Para pejabatnya diajak tobat lalu disuruh mundur,
Semua yang mereka miliki biarkanlah hancur.
Tanda kelima:
Sekarang ini kita masih hidup seperti Nabi di Makkah,
Jadi seperti belum turun ayat-ayat mu’amalah,
Juga sebenarnya belum wajib itu sholat Jum’ah,
Jadi mau beramal apa saja, caranya terserahlah.
Tanda keenam:
Sekarang ini kita sudah hidup dalam Daulah Islam,
Jadi tak perlu lagilah mengkritik penguasa siang malam,
Bila mau beri nasehat, temuilah empat mata di istana dalam,
Jangan demo, karena itu cara demokrasi yang kufur dan haram.
Tanda ketujuh:
Masyarakat kita ini sudah masyarakat Islami,
Tinggal dipoles amal di sana dan dipoles ahlaq di sini,
Karena itu, jalannya adalah ishlah, bukan revolusi,
Hati-hati, karena revolusi itu sering ditemani anarki.
Ooo saudaraku,
Bila ada salah satu tanda-tanda itu di dadamu,
Lekaslah istighfar lalu segera ambil air wudhu,
Perbaiki niatmu, renungkan kata-kataku,
Dan jangan ambil kesimpulan terburu-buru.
Tags: kebodohan, pemuda, puisi, puisi fahmi amhar, semangat