BULAN PERUBAHAN – Ramadhan Hari-22: UBAH TRADISI
Sesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu tradisi yang mereka jalani.
Suatu aktivitas yang dijalankan rutin dalam periode tertentu, lama-lama akan membentuk kebiasaan (habbit). Habbit ini bila kemudian diikuti orang banyak, akan membentuk sebuah tradisi. Mereka yang telah memiliki tradisi seperti itu, akan membentuk alam bawah sadar bagi orang-orang baru, agar juga mengikuti habbit tersebut.
Yang menjadi persoalan adalah apakah tradisi itu sesuatu yang positif atau negatif? Sesuatu yang ada dasar rasional atau ilmiahnya, atau tidak?
Banyak tradisi di sekitar kita yang tidak jelas manfaatnya. Kita sebut saja, tradisi memakai jas di acara resmi. Kalau itu dilakukan di negeri yang beriklim sejuk, mungkin positif. Tetapi di negeri tropis seperti Indonesia, memakai jas sebenarnya tidak masuk akal. Karena kegerahan, akhirnya acara resmi seperti itu harus dilakukan di ruangan berpendingin udara. Tidak ramah lingkungan. Sebuah tradisi yang salah akan diikuti oleh keputusan yang salah.
Kenapa bisa demikian, karena kita mengikuti tradisi para penjajah Belanda. Sebelum zaman kolonial, pakaian adat nenek moyang kita relatif lebih sesuai dengan kondisi lingkungan. Ini suatu bentuk kearifan lokal. Meskipun ada juga kearifan lokal yang boleh jadi juga tidak rasional. Meski demikian, tradisi yang tidak rasional itu tidak selalu negatif. Ada juga yang dampaknya positif. Tradisi berbau mistik di kalangan suku Badui Dalam di Banten misalnya, telah melestarikan hutan di sana, sekalipun alasannya tidak rasional.
Tags: ramadhan, ramadhan 2013, Ramadhan bulan perubahan, sukses ramadhan