Sesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu bagaimana mereka mengatur alokasi sumber daya dalam hidupnya.
Semua apa yang ada di dunia serba terbatas. Sekaya ataupun seberkuasa apapun seseorang, tetap saja dia dicengkam keterbatasan. Setidaknya kapasitas otaknya terbatas. Tenaganya terbatas. Waktu yang dia miliki terbatas. Orang yang dia kenal terbatas. Oleh karena itu dia mesti pandai-pandai mengatur alokasi semua sumber daya yang dia miliki. Dan alokasi ini tergantung apa yang dia anggap penting.
Kalau kita memiliki sebuah gelas besar, lalu kita memiliki beberapa butir kelereng, beberapa sendok pasir dan secangkir air, lalu kita akan memasukkan semuanya ke dalam gelas besar tadi, apa dulu yang kita masukkan?
Kalau kita masukkan air dulu secangkir, ada kemungkinan gelas besar itu langsung hampir penuh, sehingga kelereng dan pasir itu tidak bisa masuk. Atau kalau dipaksakan masuk, maka airnya juga akan meluap dan malah terbuang percuma. Tentu saja, cara yang paling tepat adalah kita masukkan seluruh kelereng dulu. Lalu pasir akan mengisi di sela-selanya. Baru terakhir adalah air. (more…)
Sesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu obsesi-nya atau apa yang benar-benar menggodanya untuk diwujudkan dalam hidupnya.
Dalam istilah yang lebih lunak, kemampuan melihat inti persoalan atau wawasan ke depan atau bahkan kemampuan untuk merasakan sesuatu yg tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan, disebut VISI. Tetapi ketika seseorang benar-benar meyakini visi itu, lalu hal itu selalu menggodanya untuk mewujudkannya – bahkan kadang disebut “gangguan jiwa”, maka ini disebut OBSESI.
Setiap capaian-capaian besar dalam sejarah, selalu dimulai dari orang-oang yang memiliki obsesi. Mencari jalan ke Kepulauan Nusantara merupakan obsesi bagi orang Eropa pd abad ke-15. Melihat jalan-jalan terang di malam hari oleh penerangan listrik merupakan obsesi Thomas Alva Edison di awal abad-20. Membuat roket yang dapat mendaratkan manusia di bulan adalah obsesi Werner von Braun di tahun 1960-an. Dan melihat ada komputer di setiap rumah tangga dan software di dalamnya bertuliskan Microsoft adalah obsesi Bill Gates di akhir 1990-an. Dan indahnya, setelah mereka bertahun-tahun bekerja seperti orang kesurupan, sampai sering lupa makan siang, semua telah berhasil meraih obsesinya !
Ada pepatah, “yang membuat banyak orang disebut gagal bukanlah karena dia gagal meraih target, tetapi karena dia menaruh target terlalu mudah”. Karena itu, kalau kita ingin merubah nasib kita di masa depan, kita wajib memiliki suatu obsesi, atau bahkan merubah obsesi yang sudah ada. (more…)
Sesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu “orientasi”-nya atau arah perjalanan hidupnya.
Kehidupan itu laksana perjalanan. Kalau kita berangkat mudik dari Jakarta ke Yogya, maka dari awal kita sudah seharusnya tahu, ke mana arah yang dituju. Kalau salah, jangan-jangan kita malah ke Barat, menuju Merak, lalu menyeberang ke Sumatra, wah makin jauh lah Yogya … Atau lebih parah lagi kita malah ke Cengkareng, naik pesawat, ternyata itu pesawat jurusan Jeddah. Wow, jadinya bukan mudik tapi umroh dong … 🙂
Biasanya dari Jakarta, pemudik ke Yogya akan menuju ke timur. Masuk tol Cikampek. Nah di pintu tol Cikampek, dia harus memutuskan, lewat Pantura atau lewat Bandung (jalur selatan). Yang lewat Pantura, ada kemungkinan akan menghadapi pilihan arah lagi. Mungkin di Subang ada yang dibuang ke jalur tengah, karena macet berat. Mungkin di Cirebon ada yang memilih ke kanan lewat Purwokerto. Mungkin di Kendal ada yang memilih lewat Weleri, Temanggung dan Magelang. Yang paling konvensional, akan melewati jalur yang lebar dan mulus, lewat Semarang lalu Magelang. Intinya, di tiap simpang jalan itu mereka harus memutuskan ke arah mana. Di situlah, setiap saat kita harus berorientasi. Kita ada di mana, dan tujuan itu ke arah mana.
Demikian juga dalam kehidupan. Setiap kita lulus satu jenjang pendidikan dan akan melanjutkan jenjang di atasnya, atau kita selesai studi dan mau bekerja atau membuka usaha, atau kita mau mendiami sebuah rumah dan membentuk rumah tangga, semua perlu orientasi. Orientasi itu yang akan memandu kita, apakah benar kita menuju tujuan kita sekolah, bekerja atau berumah tangga. Orientasi itu akan memberi informasi yang lengkap, sudahkah bekal kita memadai, apa saja yang harus disiapkan, dan berapa lama kita harus menyiapkannya. (more…)