Beyond the Scientific Way

Fahmi Amhar Official Blog

Archive for the ‘News’ Category

Islam pun Sampai ke Hawai

Monday, July 19th, 2010
Islamic Center di Honolulu

Islamic Center di Honolulu

Bagaimana perasaan Anda jika bisa berada di dua tempat yang sangat berjauhan pada hari, tanggal dan jam yang sama?  Itulah yang saya rasakan pada Sabtu 7 November 2009 pukul 10 pagi.  Saya tercatat berada di Manila (Filipina) dan di Honolulu Hawaii (Amerika Serikat), pada hari, tanggal dan jam yang sama. Padahal keduanya terpisah hampir 8.000 kilometer.

Ketika saya Sabtu sore 7 November terbang Manila – Honolulu, saya melintasi garis batas tanggal internasional, sehingga tanggal saya dimundurkan satu hari sebelumnya.  Akhirnya meski saya baru esok paginya sampai di Honolulu, tapi di sana masih Sabtu pagi, 7 November.  Jadi saya menjalani hari Sabtu itu dua kali!  Tentu saja, saat perjalanan pulang, yang terjadi sebaliknya.  Meski berangkat Sabtu pagi, dan tidak menyaksikan malam, ketika sore sampai di Manila, di sana sudah Ahad sore.

Manila terletak pada zona waktu GMT+9 (sama dengan Waktu Indonesia Timur).  Sedang Honolulu pada GMT-10.  Jadi bedanya 19 jam!  Ini menjadi persoalan tersendiri kalau pada akhir bulan Ramadhan, Muslim di Manila mengabarkan melihat hilal pada Sabtu sore dan mengumumkan ke seluruh dunia agar merayakan Ied esoknya, yaitu Ahad.  Maka, “esoknya” itu bagi Muslim di Hawai masih Sabtu, bukan Ahad!  Sebaliknya, bila yang melihat hilal ini adalah Muslim di Honolulu, misal pada Sabtu sore, maka “esoknya” itu di Manila sudah Senin!

Apakah memang ada Muslim di kedua tempat itu?  Ada.  Filipina bahkan punya pahlawan Muslim (baca MU no. 35).  Di Honolulu saya sempat shalat Jumat di Islamic Center.

Penduduk asli Hawaii adalah bangsa Polynesia yang serumpun dengan suku-suku di Nusantara.  Menurut penelitian sebaran bahasa, rumpun Polynesia ini tersebar dari Madagaskar hingga Hawaii.  Mungkin karena mereka umumnya pelaut.  Baru tahun 1778 Hawaii dikunjungi orang Eropa.  Bersama kedatangan mereka, datang pula penyakit yang sebelumnya tak ada di pulau terisolasi itu.

Penjajah mulai melakukan adu domba antar para raja di Hawaii.  Raja yang merasa dibantu lalu memberi konsesi untuk membangun perkebunan dan memasukkan pekerja dari luar.  Namun sejarah lalu mencatat bahwa para pengusaha inilah yang kemudian membiayai kudeta untuk menghapus kerajaan dan berupaya agar Hawaii jadi bagian Amerika Serikat.  Setelah  berstatus “Teritori” (yakni wilayah perlindungan AS namun tidak berhak pemerintahan negara bagian), akhirnya tahun 1959 dalam referendum, penduduk setuju Hawaii menjadi negara bagian AS ke-50.

Sejak penyerangan Pearl Harbour oleh Jepang tahun 1941, AS menganggap Hawaii adalah tempat yang strategis.  Perang Dunia-II di Lautan Pacific bermula dan ditentukan jalannya dari Hawaii.  Maka AS kini menempatkan markas armada lautnya di Hawaii.  Dari 1,3 juta penduduk Hawaii, sekitar 2 persennya adalah anggota militer.

Dari sisi keagamaan, 29 persen penduduk Hawaii mengaku Kristen, 9 persen Budha (pada umumnya keturunan Jepang), 1 persen Yahudi, dan sisanya (61 persen) bervariasi dari berbagai jenis kepercayaan animisme sampai Islam.

Warga Islam di Hawaii terpusat di Oahu, yakni pulau yang terpadat penduduknya, di mana Honolulu berada.  Mereka umumnya imigran Timur Tengah, Asia Selatan dan Asia Tenggara.  Jumlahnya masih di kisaran ribuan dan sering berganti (karena faktor mahasiswa yang lulus dan pulang).  Meski demikian mereka berhasil membentuk Muslim Association of Hawai’i dan membangun Islamic Center di alamat “1935 Aleo Place – Honolulu, HI 96822” dekat Manoa Road.  Saya menemukan alamat ini di internet.  Namun ternyata tak mudah menemukan alamat itu bagi sopir taksi sekalipun dibantu GPS.  Taksi sempat nyasar dan sopirnya harus konsultasi beberapa kali dengan sentralnya. Namun ketika tampak bangunan berfasade lekukan-lekukan yang lazim ada pada masjid saya yakin bahwa itu pastilah Islamic Center yang dimaksud.

Meski awalnya saya khawatir terlambat (karena nyasar), ternyata masjid masih sepi.  Jumatan baru dimulai pukul 13:30, dan akhirnya masjid penuh juga.  Selesai Jumatan ada bazaar.  Dijual makan siang seharga 5 dollar.  Harga yang murah untuk ukuran Hawaii.  Di supermarket, uang 5 dollar hanya bisa untuk membeli roti tawar isi ikan tuna 2 potong yang tidak mengenyangkan.  Sebagai pulau terisolasi, nyaris semua kebutuhan pokok di Hawaii harus didatangkan sehingga harganya amat mahal.  Di tempat simposium, harga makan siang mencapai 25 dollar.

Aktivitas Islamic Center ini cukup beragam.  Ada penerbitan buletin, training calon muallaf (umumnya karena pernikahan), presentasi Islam untuk sekolah (pelajaran IPS), Islam Day untuk memperkenalkan Islam di masyarakat, sampai polling pendapat atas suatu isu yang terkait Islam atau umat Islam.

Masyarakat Indonesia di Hawaii yang Muslim lumayan banyak, walaupun yang dominan masih non Muslim.  Salah satu dari mereka yang dituakan adalah Bapak Haji Djunaidi.  Bapak ini bahkan ikut menyaksikan ketika Barack Obama masih kecil.  Ayah biologis maupun ayah tiri Obama adalah Muslim. []

Errata untuk buku TSQ

Wednesday, May 26th, 2010

Kami mohon maaf, bahwa ada beberapa kesalahan pada saat layout di atas film sebelum proses cetak, sehingga ada beberapa paragraf yang terpotong tidak pada tempatnya, namun semoga masih tetap dapat dipahami ketika membaca sambungannya.

Selanjutnya yang paling mengganggu adalah sebagai berikut:

 

halaman Tertulis Seharusnya
83 baris teratas zat bius seperti … (dst) Persoalan bedah juga terkait anasthesi (pembiusan).  Beberapa zat bius seperti … (dst)
98 baris teratas perubahan berangsur pada mahluk hidup akibat … (dst) hidup akibat … (dst)
144 (text) (halaman kosong)
171 baris terbawah … konsorsium asing, dengan … konsorsium asing, dengan mengabaikan hak-hak pemilik sesungguhnya yaitu umat.
172 (text) (halaman kosong)
202 (text) (halaman kosong)
205 baris terbawah …, Ihsa al-Ulum karya al-Farabi, al- …, Ihsa al-Ulum karya al-Farabi, al-Fihrist  karya ibn an-Nadim, Muqaddimah karya ibn Khaldun

Press Release: Free Download Peta-peta Kawasan Bencana

Monday, October 5th, 2009

Menyusul gempa 7.6 SR yang meluluhlantakkan kota Padang dan sebagian wilayah Sumatera Barat dan Jambi, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) telah mengirim peta-peta kawasan bencana ke wilayah bencana.  Peta-peta yang terdiri dari peta rupabumi 1:10.000 sebanyak 41 nomor lembar peta, peta dinding Sumatera Barat, Bengkulu dan Jambi, Atlas Pariwisata dan peta Citra sebanyak 16 nomor ini akan digunakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam mengidentifikasi sebaran kerusakan untuk mempermudah tim penolong baik selama tanggap darurat maupun dalam tahap rehabilitasi dan rekonstruksi nantinya.  Peta-peta tersebut juga telah diupload pada website BAKOSURTANAL (www.bakosurtanal.go.id) untuk free-download, sehingga para pemberi bantuan dari seluruh dunia dapat menggunakan data spasial yang standar, yang lebih akurat dari data-data sejenis yang telah ada di internet.  BAKOSURTANAL juga segera mengirim tim untuk membantu BNPB dalam menggunakan data spasial maupun Sistem Informasi Geografis untuk optimasi tanggap darurat.  Tim ini juga akan meninjau ulang berbagai infrastruktur data spasial yang telah ada selama ini, yang tentu saja mengalami kerusakan berat akibat gempa.  Tim juga akan mengukur ulang titik-titik kontrol geodetik yang kemungkinan telah bergeser beberapa puluh centimeter hingga beberapa meter akibat pergerekan lempeng bumi yang cukup signifikan dalam waktu beberapa detik selama gempa.  Biasanya pergerekan lempeng ini hanya 4-6 centimeter per tahun.

Berdasarkan pengalaman tanggap darurat kebencanaan sejak gempa-tsunami di Aceh pada Desember 2004, BAKOSURTANAL telah memetakan ulang kawasan Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara dan kawasan pantai Barat Sumatera selebar tiga kilometer dalam rangka membangun Tsunami Early Warning System (TEWS).  Namun rupanya, perhatian masyarakat selama ini terlalu tertuju pada tsunaminya, sedang antisipasi pada gempa berkekuatan besar, yang mestinya terwujud dalam bentuk penegakan aturan bangunan yang lebih ketat (Building Code) agak terabaikan.  Semestinya, bangunan-bangunan di kawasan-kawasan yang telah teridentifikasi rawan bencana segera dievaluasi.  Kalau bangunan itu terbukti belum memenuhi persyaratan dalam Building Code, maka bangunan itu segera direnovasi.  Mungkin proses ini memang memakan biaya.  Namun itu pasti lebih murah daripada ketika bangunan itu dirobohkan oleh gempa secara mendadak.

Perhatian pemerintah maupun masyarakat pada pemetaan kawasan bencana, baik selama masa pencegahan (mitigasi), masa tanggap darurat maupun masa rehabilitasi-rekonstruksi memang masih perlu ditingkatkan.  Ini terbukti bahwa peta kebencanaan dalam Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana baru disebut dalam satu ayat tanpa penjelasan.  Dan kewajiban itupun dibebankan kepada Pemerintah Daerah.  Akibatnya, baru sebagian kecil daerah yang dapat berbuat sesuatu dalam memulai menyiapkan peta kawasan rawan bencana.  Dari sisi landasan hukum, UU ini memang perlu segera diamandemen.  BAKOSURTANAL beserta komunitas-komunitas geospasial, semisal RS-GIS-Forum, Ikatan Surveyor Indonesia dan Masyarakat Penginderaan Jauh Indonesia sedang berupaya keras agar masyarakat kita makin sadar spasial, sehingga juga makin sadar bencana.  Saat ini Pemerintah melalui BAKOSURTANAL juga sedang menggodok RUU Informasi Geospasial, yang diharapkan akan membuat data geospasial lebih memasyarakat lagi.

Contact Person:

Dr.-Ing. Fahmi Amhar (0816-1403109)
Sekretaris Tim Geospasial Tanggap Darurat BAKOSURTANAL
Fax: 021-87906041, email:
famhar@bakosurtanal.go.id, famhar@yahoo.com