Beyond the Scientific Way

Sejak teknologi memungkinkan orang-orang Islam bisa menjelajah ke segala penjuru bumi dengan mudah, ada sejumlah fiqih ibadah yang perlu dipikirkan ulang, perlu ijtihad – meski ada kaidah bahwa dalam ibadah tidak ada ijtihad. Misalnya:

1. Sahkah syahadat (bagi muallaf) tanpa disaksikan seorang muslim, tetapi hanya dibimbing oleh software atau website atau paling jauh via skype.

2. Bagaimana cara berwudhu, menentukan waktu sholat dan qiblat bagi seseorang yang berada di pesawat antar benua, atau di stasiun ruang angkasa, atau berada di pos pengeboran minyak di lingkar kutub ?  Bagaimana adzan yang menggunakan pengeras suara atau radio ?  Bolehkah mengikuti sholat dengan imam yang terjangkau dengan televisi ?

3. Bagaimana cara berzakat & zakat fitrah bagi mereka yang makanan pokok maupun jenis penghasilannya tidak pernah tersebut dalam dalil syar’i, meski jumlahnya sangat banyak ?

4. Bagaimana menghitung lama berpuasa bagi daerah yang panjang siang/malamnya extrim, atau saat fajarnya tidak terdefinisikan, seperti misalnya di Eropa Utara ?  Juga bagaimana puasa orang yang terbang melintasi garis batas tanggal internasional ?

5. Bagaimana menampung jama’ah haji yang luar biasa banyaknya, sehingga Arafah & Mina dalam pengertian klasik tidak mampu lagi menampung, atau juga hewan qurban yang disembelih bila harus didatangkan ke Mina pada hari tasyrik tidak mungkin lagi didatangkan dalam jumlah dan waktu yang tersedia ?

dsb.