BULAN PERUBAHAN – Ramadhan Hari-11: UBAH ORIENTASI
Sesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu “orientasi”-nya atau arah perjalanan hidupnya.
Kehidupan itu laksana perjalanan. Kalau kita berangkat mudik dari Jakarta ke Yogya, maka dari awal kita sudah seharusnya tahu, ke mana arah yang dituju. Kalau salah, jangan-jangan kita malah ke Barat, menuju Merak, lalu menyeberang ke Sumatra, wah makin jauh lah Yogya … Atau lebih parah lagi kita malah ke Cengkareng, naik pesawat, ternyata itu pesawat jurusan Jeddah. Wow, jadinya bukan mudik tapi umroh dong … 🙂
Biasanya dari Jakarta, pemudik ke Yogya akan menuju ke timur. Masuk tol Cikampek. Nah di pintu tol Cikampek, dia harus memutuskan, lewat Pantura atau lewat Bandung (jalur selatan). Yang lewat Pantura, ada kemungkinan akan menghadapi pilihan arah lagi. Mungkin di Subang ada yang dibuang ke jalur tengah, karena macet berat. Mungkin di Cirebon ada yang memilih ke kanan lewat Purwokerto. Mungkin di Kendal ada yang memilih lewat Weleri, Temanggung dan Magelang. Yang paling konvensional, akan melewati jalur yang lebar dan mulus, lewat Semarang lalu Magelang. Intinya, di tiap simpang jalan itu mereka harus memutuskan ke arah mana. Di situlah, setiap saat kita harus berorientasi. Kita ada di mana, dan tujuan itu ke arah mana.
Demikian juga dalam kehidupan. Setiap kita lulus satu jenjang pendidikan dan akan melanjutkan jenjang di atasnya, atau kita selesai studi dan mau bekerja atau membuka usaha, atau kita mau mendiami sebuah rumah dan membentuk rumah tangga, semua perlu orientasi. Orientasi itu yang akan memandu kita, apakah benar kita menuju tujuan kita sekolah, bekerja atau berumah tangga. Orientasi itu akan memberi informasi yang lengkap, sudahkah bekal kita memadai, apa saja yang harus disiapkan, dan berapa lama kita harus menyiapkannya.
Orang Jakarta yang niat mudik ke Yogya lewat jalur darat, dia harus menyiapkan kendaraan yang masuk akal akan membawanya dengan selamat dan sehat ke Yogya, dalam waktu yang dirasakannya cukup. Apa jadinya mudik ke Yogya dengan naik becak. Mungkin sampai juga, tetapi ketika sampai, lebaran sudah lewat sebulan !
Demikian juga orang yang bermimpi memasuki sebuah universitas favorit. Dia sebaiknya berorientasi kemampuannya saat itu, sehingga dapat mengukur apa yang harus disiapkannya. Mungkin kalau dia menyadari IQ-nya pas-pasan, dia harus mempersiapkan semuanya sejak hari pertama masuk SD. Mungkin saja dia harus belajar lebih keras dari teman-temannya.
Orang yang bercita-cita memiliki rumah tangga yang ideal, memiliki pasangan shalih/shalihah, sebaiknya juga mengukur diri sehingga dapat menyiapkan diri dari awal. Tentu cukup sulit dapat pasangan seperti itu, kalau jarang mampir ke masjid atau tidak bergaul dengan orang-orang yang gemar mengkaji al-Qur’an.
Apalagi kalau orang bercita-cita akan merubah nasib sebuah bangsa, membangun sebuah peradaban baru yang adil, makmur dan bermartabat, menjadi rahmat ke seluruh dunia. Maka dia harus menyadari apa saja yang harus dia siapkan. Itu gunanya berorientasi. Kalau dia sadar bahwa cita-citanya itu membutuhkan orang-orang yang rela melupakan makan siangnya demi belajar bahasa Cina, maka ia akan melakukannya. Itu pula yang dilakukan oleh para sahabat Nabi. Menguasai bahasa Cina, agar dapat ke Cina, mencuri teknologi kertas, kompas dan mesiu, yang diperlukan untuk bekal menjadi umat terbaik di dunia. Sekarang ini kita memerlukan ribuan jenis keahlian. Kita perlu orang-orang yang menguasai ilmu syariah untuk persoalan ekonomi dan bisnis modern. Kita juga perlu ilmu syariah untuk maju di percaturan politik dunia. Kita juga perlu orang-orang yang menekuni fisika nuklir agar dunia Islam dapat menggetarkan musuh-musuhnya yang memiliki senjata pemusnah massal.
Mestinya Ramadhan adalah bulan untuk membuat kita merubah arah perjalanan agar semakin dekat dengan tujuan. Mudah-mudahan, pada malam ke-11 bulan Ramadhan, kita sudah bisa merubah orientasi kita dalam perjalanan kehidupan, agar Allah merubah nasib kita.
Tags: ramadhan, ramadhan 2013, Ramadhan bulan perubahan, sukses ramadhan
July 20th, 2013 at 2:10 am
Memang butuh kesadaran tinggi atau mesti memepetkan diri kita untuk siap dengan merubah orientasi -orientasi kita di persimpangan jalan dengan fokus meraih ridho allooh