Para dokter itu tidak mogok penuh seperti buruh menuntut kenaikan upah. Dokter itu hanya protes beberapa jam saja, demi sebuah pelurusan atas sebuah peradilan sesat. Mereka sangat tahu, tentang susahnya orang sakit. Tuduhan membabibuta bahwa mereka tidak berhati nurani adalah sebuah kezaliman.
Saya hanya suami dokter. Saya berkali-kali malam hari pukul 2 dini hari, harus ikut bangun, ketika ada pasien kritis datang ke rumah. Saya ikut ngantar dengan mobil saya ke rumah sakit yang jauh. Pernahkah Antum mengalami seperti ini?
Pasien itu banyak yang miskin. Saya ikut membayar biaya tanggungan di awal. Dan saya tidak akan berharap pasien itu mengembalikan. Beberapa di antaranya datang sudah amat kritis. Akhirnya meninggal. Akankah kami menagih biaya yang telah kami keluarkan ke ahli warisnya?
Pernahkah Anda mengalami hal ini? Berapa kali?
Serangan baliknya—> Afwan ga perlu emosi prof sy hanya sedih melihat beberapa kecil yg mengklaim pejuang syariah yang tidak ada keberpihakan kepada ummat mayoritas yg didzolimi atas hal yg tidak pernah mereka lakukan gara gara sang pejuang punya ‘interest’ profesi …itu saja… takutlah sama Allah akhi fillah!
Tanggapan balik Pak Fahmi: Itu prasangka Antum saja. Ingat, sebagian besar prasangka itu dosa. Istighfarlah. Tak pantas pejuang syariah memojokkan sebuah profesi. Kita semua ini korban sistem. Pasien maupun dokter semua korban sistem. (more…)
Ketika sejumlah dosen dan ulama dari Indonesia diajak jalan-jalan berkunjung ke campus Standford University di Amerika Serikat, mereka tercengang melihat di ruang kelas itu tetap digunakan papan tulis biasa dengan kapur, bukan white-board, spidol dan LCD. Mereka menganggap sekolah-sekolah di Indonesia ternyata lebih maju.
Apa yang terjadi ini menunjukkan taraf berpikir saat ini dari para intelektual kita, yang terwakili sejumlah dosen dan ulama. Indikator kemajuan diukur dari fasilitas fisik yang dimiliki, bukan dari karya yang orisinil (genuine) dan kemampuan yang berkelanjutan dalam membentuk SDM. Karena itu mereka tidak melihat berapa publikasi ilmiah, paten teknologi atau pemenang hadiah Nobel sains dari Standford University itu.
Sebenarnyalah, kualitas suatu perguruan tinggi utamanya ditentukan oleh tiga hal: kualitas riset (diukur dari karya tulis ilmiah & paten), kualitas belajar-mengajar (diukur dari kompetisi calon maba, rasio alumni per mahasiswa), dan kualitas pengabdian masyarakat (diukur dari kiprah kampus dalam melayani pelbagai issu terkini, baik di pemerintahan, dunia usaha maupun khalayak ramai).
Banyak kampus yang memiliki gedung dan fasilitas megah, namun ternyata nyaris tak memiliki aktivitas riset. Hal ini karena mayoritas dosennya memiliki aktivitas utama di luar kampus, sehingga hanya hadir saat mengajar, tak ada aktivitas riset. Sementara itu dosen tetap yang sehari-hari berada di kampus, kewalahan menghadapi mahasiswa yang sangat banyak. Selain itu, dosen-dosen tetap ini juga sulit mendapatkan peringkat yang lumayan, jika mereka rata-rata cuma S2, sebagian bahkan belum sempat mengurus jabatan fungsional akademiknya. (more…)
Dr. Fahmi Amhar
Pada musim haji tahun ini, quota haji dari seluruh dunia dikurangi 20 persen karena di Mekkah, khususnya di seputar Masjidil Haram sedang ada pembangunan besar-besaran untuk meningkatkan kapasitas. Untuk thawaf, tahun ini lingkaran thawaf lantai 2 dan lantai 3 sudah dioperasikan. Bila saatnya tiba nanti, seluruh jamaah haji sudah bisa ditampung di ratusan kondominium yang berjajar di seputar masjid. Turun lift sudah langsung ke koridor ber-AC menuju masjid.
Tetapi sehebat apapun pembangunan di Tanah Suci, tetap saja ada batas yang tidak bisa dilalui. Ada tiga lokasi yang akan selalu terjadi penumpukan massa, yakni di Masjidil Haram (lingkar thawaf dan jalur sa’i), di padang Arafah, dan di Mina tempat jamarat.
Sekadar ilustrasi, karena “Haji itu Arafah”, sedangkan Arafah adalah suatu padang yang jelas di masa Nabi, maka kita mulai dari sini. Arafah punya luas 3,5 km x 3,5 km. Jadi luas Arafah itu adalah 12.250.000 meter persegi. Kalau orang disuruh duduk di shaf berdesakan, 1 meter persegi cukup untuk maksimum 3 orang. Jadi kapasitas maksimum Arafah 36.750.000 orang. Karena perlu ada tempat untuk koridor jalan atau pintu ke MCK (yang bisa ditaruh di bawah tanah), kita set saja maksimum 36 juta orang. Kalau untuk Mina dan Masjidil Haram, bisalah dibuat tingkat lagi, walaupun konstruksi yang sekarang cuma didesain maksimum 4 juta orang. Arafah tidak bisa dibuat bertingkat. Kalau bertingkat namanya bukan lagi “wukuf di Padang Arafah, tetapi wukuf di Gedung Arafah! Tentu akan diprotes banyak orang sebagai menyalahi syara’. (more…)