Sesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu cara mereka memperbaiki keadaan (koreksi).
“Setiap manusia di dunia, pasti punya kesalahan, hanya yang pemberani yang mau mengakui …”
Betul. Yang pemberani itu adalah mereka yang mau melakukan introspeksi. Dan yang lebih pemberani adalah mereka yang setelah mengakui itu, mau melakukan koreksi diri. Jangan sudah mengakui salah, tapi diteruskan, dengan alasan “sudah terlanjur basah”, sudah melewati “the point of no return”.
Bagi seorang muslim, tidak ada kesalahan yang lebih berat dari syirik. Tetapi syirik pun masih bisa bertaubat, selama belum sekarat. Point of no return-nya adalah sakaratul maut. Selama belum sampai kesana, siapapun bisa bertaubat.
Di dalam hadits, diceritakan ada 2 wanita pezina yang ahli surga. Yang satu adalah dari bani Israel. Dia bahkan pelacur. Dia ingin bertaubat. Dalam perjalanannya menuju kampung orang shaleh (tentu saja dia harus meninggalkan “lokalisasi”), dia melihat seekor anjing yang kehausan. Dia berusaha memberi minum anjing tersebut. Allah ridha atas perbuatannya, jadilah dia ahli surga. Kemudian di zaman Nabi ada wanita al-Ghamidiyah yang mengaku berzina dan minta dihukum. Baru setelah wanita itu mengaku berkali-kali, hingga anak zina yang dilahirkannya disapih, hukum rajam dijalankan. Ketika Khalid bin Walid yang melontarkan batu kecipratan darah wanita itu, dan Khalid memakinya, Rasul menegur Khalid seraya mengatakan, “Janganlah kau katakan seperti itu wahai Khalid. Sungguh wanita itu telah bertaubat, dan dia adalah ahli surga”. (more…)
Sesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu cara mereka menghargai sesuatu (valuasi).
Apa yang Anda anggap berharga di dunia ini?
Apa yang kira-kira dianggap berharga oleh banyak orang atau oleh pemerintah negara kita?
Untuk melihat seberapa berharga sesuatu, maka kita bisa melihat dari kelangkaannya, dan sejauh mana orang bangga dengannya atau berjuang untuk mendapatkannya atau mempertahankannya. Bagi pemerintah banyak negara, yang dianggap berharga, dan menjadi indikator keberhasilannya, adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi mencerminkan hasil total kerja keras mereka, kestabilan politik dan keamanannya, kecerdasan rakyatnya, efisiensi birokrasinya, dan sebagainya.
Persoalannya, banyak hal dalam hidup ini yang tidak mudah diukur nilainya dengan satu macam nilai. Bagaimana kita mengukur harmonisnya sebuah keluarga? Atau khusyu’nya mereka dalam qiyamul lail? Atau anak-anak yang dapat berbahagia berlarian bebas di lapangan rumput yang subur sambil main layang-layang? Atau ikan-ikan yang dapat berenang gembira di taman laut yang tidak tersentuh?
Untuk hal-hal yang memang memiliki nilai madiyah (material value) saja, kita kadang-kadang kesulitan mengukurnya. Berapa nilai hutan kita? laut kita? perut bumi kita? posisi strategis kita di jalur perdagangan dunia? iklim dan tanah kita yang subur? kesehatan kita? pengetahuan kearifan lokal kita? (more…)
Sesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu jenis dan cara mereka menggunakan “senjata” (amunisi).
Tidak ada peperangan bisa dimenangkan tanpa senjata atau amunisi. Hanya senjatanya itu berupa apa, itu tergantung jenis perangnya, dan sejauh mana pelaku peperangan menguasai berbagai jenis senjata itu.
Di dalam al-Qur’an ada perintah seperti ini: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)” (Qs. 8:60).
Ayat ini bermakna sangat dalam.
Zaman nabi, kekuatan sebuah pasukan itu tergambar pada kuda-kuda perang. Kalau sekarang musuh kita menggunakan rudal nuklir, ya tentu saja kekuatan kita tidak lagi bisa bertumpu pada kuda. Kita mungkin harus menyiapkan rudal nuklir juga. India dan Pakistan dulu sering berperang. Tetapi sejak keduanya memiliki senjata nuklir, mereka saling menahan diri. Adanya amunisi canggih telah mengubah nasib kedua negara.
Bisa pula senjata kita itu bukan nuklir, maka setidaknya sistem yang mampu menghentikan rudal nuklir musuh itu sebelum sampai ke sasaran di tempat kita. Bisa seperti rudal anti rudal (“Patriot”). Bisa pula sistem elektronik yang mampu mengganggu sistem elektronik rudal sehingga kehilangan arah, atau tidak terkendali, atau bahkan mati sebelum terluncurkan. Di film fiktif besutan Hollywood “Independence Day”, dikisahkan bahwa senjata manusia yang akhirnya dapat melumpuhkan UFO raksasa itu adalah: virus komputer !!! (more…)