Dr.-Ing. Fahmi Amhar
Peneliti Utama, Bakosurtanal
Bencana apapun, gempa, tsunami, erupsi gunung berapi, banjir, lumpur panas dan sebagainya akan meninggalkan setumpuk pekerjaan rumah. Sekian orang meninggal, yang lain luka-luka atau mengungsi. Sekian orang kehilangan mata pencahariannya. Sekian anak putus sekolah. Sekian kekasih kehilangan yang dicintainya, menjadi yatim atau janda.
Di antara PR itu yang kurang mendapat perhatian adalah masalah pertanahan. Filosofinya: orang yang telah menderita itu sebaiknya jangan ditambah lagi dengan kehilangan hak-hak atas tanah miliknya.
Di Aceh, sekian ratus hektar tanah, setelah tsunami tiba-tiba menjadi bagian dari laut, setelah ketinggiannya kini lebih dari semeter di bawah muka laut rata-rata. Di beberapa tepi sungai di Sulawesi yang belum lama ini banjir, sekian tanah dan bangunan di atasnya terkena erosi, sehingga kini penghuninya yang masih hidup tak tahu lagi, di mana harus membangun kembali. Di lereng Merapi, sekian petani tiba-tiba mendapatkan sawah atau kebunnya telah menjadi padang batu lava. Di Sidoarjo, ribuan orang kehilangan rumah dan sawahnya yang tergenang lumpur panas, tanpa tahu kapan mereka dapat kembali hidup seperti semula.
Sebenarnya peristiwa kehilangan tanah ini tidak hanya terjadi saat ada bencana. Bisa pula ini karena politik kehutanan atau pertambangan yang belum peduli rakyat kecil, terutama yang hidup dalam masyarakat adat. Di banyak tempat di Sumatera, Kalimantan dan Papua, ratusan masyarakat adat tiba-tiba kehilangan akses ke hutan yang sudah mereka huni berabad-abad, bahkan sejak sebelum adanya Republik Indonesia. Tiba-tiba tanah-tanah mereka itu dinyatakan sebagai tanah negara, lalu diserahkan kepada pengusaha HPH, perkebunan sawit atau pertambangan.
Pertanyaannya, bagaimana solusi pekerjaan rumah ini, dan siapa yang harus melaksanakan solusi ini?
Berbeda dengan asset lainnya, tanah adalah barang tak bergerak yang juga bukan buatan manusia. Secara adat dan juga menurut syariat Islam, manusia berhak atas tanah yang dia hidupkan. Maksud “dihidupkan” misalnya dibuat bangunan atau dikelola sehingga produktif. Asal muasalnya, tanah di dunia ini bukan milik siapa-siapa. Ia hanya milik Sang Pencipta.
Baru sejak adanya hukum positif yang diterapkan Belanda, tanah yang bukan milik pribadi dinyatakan sebagai milik negara. Pribadi yang ingin memiliki tanah dari tanah negara itu, wajib memohon dan membayar Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Mereka lalu mendapat secarik surat dan membayar Pajak Bumi dan Bangunan. “Lumayan”. Tanah yang tadinya tidak menghasilkan “apapun”, kini menghasilkan – minimal – pajak.
Banyak dampak dari politik pertanahan ini. Di daerah-daerah terpencil, masyarakat adat menjadi terancam eksistensinya, karena tiba-tiba tanah-tanah mereka – yang jelas belum bersurat itu – tiba-tiba diklaim oleh pengusaha yang telah membayar biaya perolehan hak atas tanah dan bangunan.
Pengusaha yang mendapatkan tanah itu secara legal, terkadang hanya menjadikan tanah-tanah itu objek jarahan – ketika masih ada kayunya – atau spekulasi. Kalau ini terjadi di masa Khalifah Umar bin Khattab, tentu tanah yang ditelantarkan seperti ini akan ditarik lagi oleh negara untuk diberikan kepada orang lain yang lebih mampu mengelolanya.
Sementara itu, di daerah-daerah yang lebih ramai, orang sudah agak lupa asal muasal kepemilikan tanah adalah seperti itu. Di bayangan banyak orang, tanah hanya dapat dimiliki dengan cara dibeli atau diwarisi. Walhasil ketika tanahnya hilang oleh bencana, mereka jadi putus asa.
Sesungguhnya, tanah-tanah korban bencana, bila itu sudah mustahil direstorasi, selayaknya dideklarasikan menjadi milik umum, dan kepada yang bersangkutan diberikan ganti rugi yang sesuai, sehingga dapat bereksistensi seperti sedia kala. Kenapa dijadikan milik umum, hal itu karena tanah itu dipandang sebagai buffer bagi kemaslahatan umum, buffer dari erosi, erupsi gunung berapi, tsunami dan sebagainya.
Sedang bila tanah itu bisa direstorasi, misalnya tanah bekas tsunami direklamasi lagi, tentu saja pemilik sebelumnya lebih berhak, tentunya setelah pekerjaan reklamasi itu dibayar dengan sepadan.
Dalam hal ini, status kepemilikan tanah perlu diperluas dari dua macam (milik pribadi – milik negara) menjadi tiga macam (milik pribadi – milik negara – milik umum). Tidak selayaknya negara mengalihkan kepemilikan negara kepada pribadi / swasta, ketika tanah itu sebenarnya milik umum, kecuali dipastikan tidak ada hak umum yang dilanggar. Jadi aspek ekologis, sosial, termasuk hak masyarakat adat harus diperhatikan. Sementara itu tanah pribadi dapat dijadikan milik umum setelah dibayar ganti ruginya, atau bila oleh pemiliknya telah diwakafkan. Karena itu sudah saatnya pendataan tanah yang ada di negeri ini terintegrasikan.
Selama ini, ada dua institusi pendaftar tanah di Indonesia. Pertama Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk tanah milik. Kedua Departemen Kehutanan yang mendaftar tanah hutan. Data luas tanah dari kedua lembaga ini bila dijumlah akan jauh lebih besar dari luas resmi seluruh daratan Indonesia saat ini. Ini indikasi banyak tumpang tindih karena sistem yang kusut dan administrasi yang tidak rapi.
Semoga bencana yang bertubi-tubi menggugah segenap pihak – terutama pemerintah – untuk membenahi sistem pertanahan negeri ini. Agar mereka korban bencana tidak terus gigit jari disuguhi mimpi.
Qur’an berkata: Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi dan memperhatikan akibat (perbuatan) orang-orang sebelum mereka. Orang-orang itu lebih kuat dan telah mengolah dan memakmurkan bumi lebih banyak dari mereka. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan bukti-bukti yang nyata (namun mereka mengingkarinya). Maka Allah sekali-kali tidak zalim kepada mereka, tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri. (Qs. 30 ar-Rum:9)
Tulisan ini dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat, 2 Agtustus 2006
Dr.-Ing. Fahmi Amhar
Peneliti Utama, Bakosurtanal
Di Yogya erupsi Merapi disusul gempa. Setelah gempa terus tsunami. Di Kalimantan ada banjir, tetapi di Sumatra ada kekeringan dan kebakaran hutan. Di Sidoarjo lumpur panas belum selesai, disusul gas liar di Bojonegoro.
Ini yang besar-besar. Yang kecil-kecil tidak kurang. Ada longsoran gunung sampah di Cimahi, ada pohon-pohon raksasa yang patah terkena hujan angin di Bogor, ada perkampungan yang tiba-tiba miskin setelah pusat mata pencahariannya digusur. Di Jakarta yang konon uang lebih mudah didapat, kasus kejahatan juga lebih besar.
Lama-lama orang suka berpikir, “Adakah tempat yang benar-benar adem ayem kerta raharja, gemah ripah loh jinawi?”. Kalau di Indonesia tidak ada, adakah di luar negeri? Kalau begitu apa tidak salah bila kita pindah saja ke sana …
Jawabannya ternyata membikin ngilu: tidak ada! Tidak ada tempat di dunia ini yang benar-benar tanpa masalah. Jepang, negara paling makmur di dunia, itu juga berhadapan dengan gempa, tsunami dan taifun. Canada, negara sangat luas dengan penduduk sedikit itu sering terancam oleh badai salju dengan suhu minus 40 derajat. New Zealand negara yang jumlah dombanya sepuluh kali lipat manusianya, terancam oleh lubang Ozon yang semakin besar dan berakibat meningkatnya penderita kanker. Di Swiss, negeri Alpen yang amat terkenal produk susunya, dan sudah ratusan tahun tidak terlibat perang, berhadapan dengan masalah ledakan penduduk lanjut usia.
Benar kata Qur’an: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh; Dan jika mendapat kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa bencana mereka mengatakan: “Ini gara-gara kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. (Qs. 4-an-Nisa:78)
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. (Qs. 67-al-Mulk:1-2)
Jadi yang perlu dicemaskan bukan potensi bencana itu sendiri, tetapi apa yang kita perbuat atasnya.
Kalau dulu guru dan orang tua kita mendoktrin anak-anak bahwa “kita harus banyak bersyukur kepada Tuhan, karena tanah air kita adalah negeri yang kaya sumberdaya alam”, maka mestinya sekarang dibalik, “Nak, Tuhanmu akan selalu menguji kita siapa yang terbaik amalnya. Negerimu ini amat banyak masalahnya, banyak daerah rawan bencana, banyak kemiskinan dan kejahatan, maka kamu harus rajin beribadah, banyak belajar dan bekerja keras ya nak!”.
Itu tugas setiap insan negeri ini secara individual. Kalau tugas pemerintah tentu tidak cuma itu. Mereka punya kekuasaan lebih. Mereka juga digaji besar – bahkan suka”tanduk” sendiri – jadi ya tentunya kontribusinya harus lebih.
Salah satu yang dapat dikerjakan pemerintah di semua level adalah melakukan pemetaan daerah rawan, agar masyarakat lebih “aware”. Dulu, sebelum banyak tsunami, yang sering dibuat adalah peta rawan longsor. Mungkin karena paling mudah, cukup melakukan analisis tumpang susun atas data lereng, tanah, vegetasi dan curah hujan.
Peta rawan tsunami pernah juga dibuat. Bahkan suatu proyek di BPPT pernah sampai menghitung, kalau tsunami menghantam suatu kota, berapa kerugian materiilnya. Sayang belum disimulasikan ke seluruh kota sepanjang patahan lempeng.
Peta semacam ini jelas perlu data topografi yang rinci. Ini tidak selalu tersedia. Peta dari UNOSAT (lembaga PBB untuk pemanfaatan citra satelit bagi kemanusiaan) tentang daerah rawan erupsi Merapi menggambarkan bahwa lahar akan mencapai kota Yogya dan Solo. Mungkin mereka tidak sengaja ngawur, hanya data yang dimiliki terlalu kasar.
Beberapa tahun lalu, kantor Seswapres pernah membuat Peta Kemiskinan. Saya usul agar peta itu ditingkatkan menjadi Peta Rawan Kemiskinan. Artinya, ada daerah-daerah yang sekarang ini tidak miskin. Namun cadangan kapital di sana begitu minim, sehingga begitu ada bencana, atau ada kebijakan publik yang tidak populer (kenaikan BBM, impor beras), maka tiba-tiba penduduk di daerah itu jatuh miskin.
Di sepanjang jalan utama kota-kota kita juga bisa rawan. Kalau rawan kecelakaan lalu lintas atau rawan kecopetan, ini perlu analisis dari data sosial. Namun ada juga yang lebih sederhana: rawan kejatuhan pohon yang patah! Banyak jalur utama yang ditanami pepohonan yang gampang tumbuh, daunnya rimbun dan tidak berbuah (supaya tidak dipanjat orang). Namun pohon semacam ini setelah sekian tahun mulai getas, kena hujan angin bisa patah. Kalau patah dan menimpa orang, ya bisa saja orangnya mati. Di Kebun Raya Bogor hal ini pernah terjadi. Karena itu, mestinya di level pemerintah daerah juga ada pemetaan pohon-pohon rawan patah …
Kalau yang kecil-kecil seperti ini sudah dikerjakan, maka untuk yang besar-besar tentunya akan lebih mudah, karena sudah belajar. Tetapi nanti yang besar-besar harus diprioritaskan. Kata Qur’an:
Jika kamu menjauhi kesalahan-kesalahan besar di antara yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kecilmu dan Kamu masukkan kamu ke tempat yang mulia. (Qs. 4-an-Nisa’:31)
Tidak ada yang lebih kecil dan tidak yang lebih besar daripada itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Qs. 10-Yunus:61)
Makalah Presentasi Purnastudi di Bakosurtanal, 13 September 1993
Karyasiswa Bakosurtanal. Alumnus Teknik Geodesi pada
Institute of Photogrammetry & Remote Sensing, Vienna University of Technology, Austria
1. Pengantar
Tulisan ini merupakan sinopsis dari suatu tugas akhir riset untuk meraih gelar “Diplom-Ingenieur” (setara dengan Magister di Indonesia) di Institute of Photogrammetry & Remote Sensing, Vienna University of Technology, Austria.
Persoalan yang diberikan adalah:
Saat ini software yang cukup populer digunakan untuk editing data topografis (hasil surveying atau stereo-plotting fotogrametri) adalah AutoCAD, yang hingga kini baru saja masuk release 12.
Dengan software ini, dan juga Personal Computer yang tersedia (yang pada umumnya memiliki RAM 4 MB – maximum 16 MB), masih cukup berat untuk mengolah data topografis yang berjumlah besar. Sebagai gambaran, bila satu titik 3D membutuhkan 16 bytes (untuk identitas, X, Y, Z), maka kapasitas sistem hanya maksimum sejuta titik. Bila titik-titik itu adalam matriks tinggi dengan jarak grid 10 meter, maka itu berarti sistem hanya mampu mengolah sekaligus area seluas maksimum 10 km x 10 km. Lalu bagaimana bila kita berkepentingan mengolah data topografis seluas satu propinsi atau bahkan satu negara?
Di Institut of Photogrammetry & Remote Sensing sejak 1991 dikembangkan software database topologi TOPDB (Loitsch & Molnar, 1991). Software ini nanti akan berfungsi mirip dengan Oracle, yakni dapat diakses dengan SQL yang diperluas (dinamai TOPSQL) atau diintegrasikan dalam software aplikasi lain. TOPDB dibuat seluruhnya dalam Fortran-77 dan disediakan dalam bentuk Fortran libraries.
Dengan tersedianya TOPDB, maka diharapkan akses ke database topografi yang sangat besar (dapat dikatakan memenuhi harddisk yang saat ini sudah tersedia sebesar 2 GB) tetap dapat diakses. Dalam 2GB dapat disimpan kira-kira 125 juta titik. Dengan jarak titik 10 x 10 meter maka didapat area kira-kira 111 km x 111 km (atau sekitar 1 Tile degree). Di masa depan diharapkan akan ada harddisk dengan kapasitas yang jauh lebih besar lagi, sehingga seluruh pulau Jawa atau bahkan mungkin seluruh dunia bisa disimpan di sana.
Maka timbul pemikiran untuk menghubungkan AutoCAD dengan TOPDB. Tujuannya adalah agar data besar yang disimpan dalam TOPDB dapat dilihat, dikelola atau diedit dalam AutoCAD, sementara AutoCAD dapat memanfaatkan sistem penyimpanan data yang melebihi kemampuan yang sudah dimilikinya.
Kemungkinan menghubungkan AutoCAD dengan TOPDB ini baru dimungkinkan sejak AutoCAD release 11, sejak disediakannya fasilitas ADS. Bagaimana itu dilakukan adalah inti penelitian ini.
2. ADS Programming
Sejak release 11 (keluar awal 1992), AutoCAD bisa diprogram dengan menggunakan apa yang disebut AutoCAD Development System (ADS). Programming bisa dikerjakan dalam bahasa tinggi C atau Fortran. Untuk memanggil fungsi-fungsi ADS diperlukan bagian initialisasi dan realisasi. Setelah itu fungsi-fungsi dari ADS-library untuk mengolah objek-objek geometri pada AutoCAD dapat digunakan.
Program C atau Fortran itu kemudian dicompile dengan compiler yang menyediakan ADS-library (misal Watcom C/Fortran atau Metaware High C). Compiler ini bekerja pada protected mode, sementara compiler biasa (misalnya Microsoft-C) hanya bekerja pada real mode.
Hasilnya adalah sebuah file dengan extension .exp. File ini bisa diload ke AutoCAD dengan perintah xload. Maka fungsi-fungsi yang dibuat dalam program itu akan “public” di AutoCAD dan bisa dipanggil langsung sebagai perintah biasa di AutoCAD atau digunakan sebagai fungsi-fungsi di dalam Autolisp.
Keuntungan menggunakan ADS dibanding Autolisp adalah:
Kerugian ADS adalah waktu pengembangan program yang relatif lebih lama. Dan untuk bisa memprogram dalam ADS kita mesti banyak menyelami struktur data dalam AutoCAD. Sedang perilaku fungsi-fungsi ADS yang berkaitan dengan objek bisa diamati dengan mencoba-coba fungsi yang sejenis di Autolisp.
Dalam kaitannya dengan TOPDB, maka berarti pekerjaan ini membutuhkan penguasaan dalam:
– Fortran77 (sebagai bahasa di TOPDB)
– SQL / TOPSQL (bahasa database di TOPDB)
– Autolisp (sebagai bahasa di AutoCAD)
Pada AutoCAD release 12, tersedia juga AutoCAD SQL-Extension, namun belum menyangkut SQL untuk data geometrinya, melainkan baru semacam atribut yang di-attached ke data geometri. Release 12 juga menyediakan fasilitas dialog grafis yang lebih baik. Namun pada penelitian ini masih digunakan apa yang ada di release 11.
3. Topological Database (TOPDB)
Bila dalam database konvensional selalu terdapat setidaknya tipe data sebagai berikut:
INTEGER …. untuk bilangan bulat
NUMBER …. untuk bilangan real, namun secara internal disimpan juga dalam INTEGER*4, hanya sistem menyimpan posisi koma desimal.
CHAR ……. untuk menyimpan teks
DATE ……. untuk menyimpan tanggal-bulan-tahun
TIME ……. untuk menyimpan waktu
maka dalam database topologi yang bisa menyimpan data-data topografi, diperlukan setidaknya tambahan tipe data berikut:
POINT …. untuk objek dengan hanya satu koordinat 2D (x,y) / 3D (x,y,z) yang posisinya juga bisa diindeks dalam suatu spatial index.
LINE ….. untuk objek dengan rangkaian koordinat 2D (x,y) / 3D (x,y,z) dan secara topologi ada pada satu garis atau di AutoCAD disebut polyline.
WINDOW … untuk objek dengan empat koordinat 2D (x,y) yang membentuk segi empat (window).
AREA ……. untuk objek dengan rangkaian koordinat 2D (x,y) / 3D (x,y,z) dan secara topologi ada pada satu garis tertutup (di AutoCAD “closed polyline”, atau di Arc/Info “polygon”).
Karena terdapat objek-objek topologis, maka diperlukan pula “topological operator”, yaitu:
a.X.b := perpotongan data topologi a dengan b
a.<.b := a ada di dalam b
a.>.b := a ada di luar b
SELECT identifier, objecttype, coordinates
FROM jawa
WHERE … { bisa ada beberapa opsi }
scoptype = ‘BREAKLINE’;
zaccuracy < 0.5;
creator = ‘Unyil’ or creator = ‘Ucrit’;
insertdate < ‘13.09.1993’;
coordinates .X. line($L);
$L adalah simbol yang diberikan untuk aktivitas interaktif, di sini adalah digitasi sebuah garis (Line) di AutoCAD.
Contoh update/delete ke TOPDB:
UPDATE jawa SET COORDINATES = (
… x1, y1, z1
x2, y2, z2
…
) WHERE identifier = …. ;
DELETE jawa WHERE identifier = …;
Dengan kemampuan ini, maka TOPDB memberi fasilitas untuk load, update atau menghapus data dengan kriteria spatial maupun tematis tertentu.
Bila kemampuan ini dihubungkan dengan AutoCAD, maka pengguna AutoCAD akan mendapat fasilitas untuk membuka objek geometris tertentu saja, misalnya hanya yang dibuat oleh Unyil sebelum tanggal tertentu di kawasan tertentu, meskipun data itu menyatu dengan data yang dibuat orang lain dalam suatu bank data yang sangat besar.
4. ATD Project
Projek penelitian ini memberikan solusi konkrit berupa software penghubung yang disebut ATD (dari singkatan AutoCAD-TOPDB). Software ini jalan di interface AutoCAD-Command-prompt dan juga di AutoCAD menu, dan juga sebagai fungsi-fungsi yang bisa dipanggil sendiri oleh user dengan Autolisp. Namun data di belakang AutoCAD itu adalah TOPDB, dengan struktur file fisik yang dibuat TOPDB. Meski demikian, user bisa pula melakukan ekspor/impor ke file internal AutoCAD yaitu DWG atau DXF.
Kesulitan utama menghubungkan AutoCAD dengan TOPDB adalah mensinkronkan data di kedua sistem. Untuk itu perlu dibangun suatu Synchronization-Table (S-Table) yang mendaftar semua record yang diload dari TOPDB ke AutoCAD, sehingga:
– Data dari TOPDB hanya dimuat satu kali ke AutoCAD
– Tidak perlu meload seluruh data TOPDB ke AutoCAD
– Dengan identifikasi object di AutoCAD bisa diakses data tematis di TOPDB (yang tidak turut diload ke AutoCAD)
– Perubahan pada object akan dicatat di S-Table dan kemudian pada waktu SAVE akan discan, sehingga hanya data baru atau data yang diupdate saja yang akan disimpan.
Struktur S-Table terdiri dari:
– ID (di TOPDB – 4 bytes integer)
– Entityname of structure
(AutoCAD – 2*4 bytes integer)
– Status ( 1 byte)
Dengan demikian, setiap kali dilakukan panggilan dari AutoCAD ke TOPDB, data yang dikeluarkan sebagai objek geometris di AutoCAD workspace (entities) akan dicatat, baik identifiernya di TOPDB maupun entitynamenya di AutoCAD. Sementara identifier TOPDB bersifat tetap (constant) dan diberikan oleh sistem pada saat objek itu disimpan, maka entityname di AutoCAD workspace adalah berubah-ubah (dinamis) sesuai objek yang telah ada sebelumnya di workspace itu, namun tetap selama sesi AutoCAD.
Bila data dikeluarkan dari TOPDB ke AutoCAD tidak sebagai objek geometris yang bisa dimanipulasi, namun hanya sebagai tampilan grafis, maka tidak perlu dicatat dalam S-Table.
Biasanya ini dilakukan bila kita bekerja dengan data yang sangat besar, jauh melebihi kapasitas RAM. Maka sebelum melakukan load selective dengan kriteria tertentu, kita akan lakukan SELECT * di TOPDB namun opsi keluarnya adalah pada sekedar tampilan grafik. Pada ADS yang dipakai adalah fungsi ads_grdraw.
Demikian juga untuk menciptakan objek baru, mengupdate atau menghapus di AutoCAD. Harus ada mekanisme agar aktivitas ini juga terrekam di S-Table, sehingga ketika sesi akan diakhiri dan dilakukan Save, maka hanya objek baru atau objek yang diubah saja yang akan disimpan, sedang objek yang dihapus juga harus dihapus dari TOPDB..
Agar seluruh aktivitas ini terkontrol, maka pada AutoCAD dilakukan penggantian seluruh command dan menu interface ke user. Begitu ATD di-on-kan, maka user hanya dapat menggunakan command atau perintah yang disediakan ATD, hingga ATD di-off-kan lagi. Deaktivasi command dan menu konvensional ini cukup dilakukan dengan Autolisp.
Oleh karena itu arsitektur ATD secara keseluruhan adalah: bagian terluarnya adalah AutoCAD dengan ATD-application dalam AutoLisp, kemudian ATD-Kernel yang diprogram dengan Fortran77 dan ADS, lalu TOPDB yang diprogram dengan Fortran77 dan diakses dengan TOPSQL.
Fig.-1. Arsitektur ATD
IDENTIFIER1 | Objecttype1 |
X |
Y | Z |
X |
Y | Z | ||
X |
Y | Z | ||
IDENTIFIER2 | Objecttype2 |
X |
Y | Z |
IDENTIFIER3 | Objecttype3 |
X |
Y | Z |
X |
Y | Z | ||
X |
Y | Z | ||
X |
Y | Z | ||
X |
Y | Z | ||
X |
Y | Z | ||
1= |
UPDATE | |||
IDENTIFIER1 | ENTITYNAME7 | STATUS |
0= |
UNCHANGED |
-1= |
DELETE | |||
ENTITYNAME1 |
“POINT” |
X |
Y | Z |
ENTITYNAME2 |
“POINT” |
X |
Y | Z |
ENTITYNAME3 |
“POLYLINE” |
|
||
ENTITYNAME4 |
“VERTEX” |
X |
Y | Z |
ENTITYNAME5 |
“VERTEX” |
X |
Y | Z |
ENTITYNAME6 |
“VERTEX” |
X |
Y | Z |
ENTITYNAME7 |
“SEQEND” |
|
||
ENTITYNAME8 |
“POLYLINE” |
|
||
ENTITYNAME9 |
“VERTEX” |
X |
Y | Z |
ENTITYNAME10 |
“VERTEX” |
X |
Y | Z |
ENTITYNAME11 |
“SEQEND” |
|
||
ENTITYNAME12 |
“POINT” |
X |
Y | Z |
5. Implementasi
Untuk memudahkan pemakaian telah dibuat 2 jenis manual: “Programmer-Manual” dan “User Manual”. Karena projek ini dibuat di Austria yang berbahasa Jerman, kedua manual ditulis dalam bahasa Jerman. Versi bahasa Inggris dan (bila memungkinkan) bahasa Indonesia sedang dikerjakan.
Secara singkat, perintah yang telah disediakan dalam ATD adalah:
ATDABORT |
Abort ATD (without Confirmation) |
ATDCON |
Connect ATD to TOPDB |
ATDDWG |
Import a DWG-file and insert to TOPDB |
ATDDXF |
Import a DXF-file and insert to TOPDB |
ATDEDI |
Edit the Geometry of an object |
ATDEND |
Save and Exit from ATD |
ATDERA |
Erase an object |
ATDGR1 |
Switch to “text modus” of TOPDB output |
ATDGR2 |
Switch to “vector modus” of TOPDB output |
ATDGR3 |
Switch to “entity modus” of TOPDB output |
ATDHLP |
Show ATD-Help file |
ATDID |
Graphical identification of an object with output of non geometrical information |
ATDIDE |
Graphical identification of an object with editing possibilities of non geometrical information |
ATDINS |
Insert of AutoCAD-drawing in TOPDB |
ATDLIN |
Create line object |
ATDMENU |
Load ATD-menu (file ATD.MNU) |
ATDNEW |
Working with a new TOPDB-Table |
ATDOBJ |
Load data from TOPDB, output as entities |
ATDOFF |
Deactivation of ATD (not exit from AutoCAD) |
ATDON |
Activation of ATD |
ATDPOI |
Create point object |
ATDQUIT |
Exit form ATD & AutoCAD (without Save) |
ATDRAS |
Load raster-file |
ATDSET |
Interactive change of ATD system variable |
ATDSIN |
Insert selected content of AutoCAD drawing to TOPDB |
ATDSWS |
Save temporaly condition of workspace |
ATDUNDO |
Undo Last ATDEDI/ATDERA |
ATDVAR |
Show ATD-Systemvariables |
ATDVEC |
Load data from TOPDB, output as “vectors” (just graphics, no manipulation possible) |
ATDVER |
Show the version of ATD and TOPDB |
ATDZOOM |
Zoom with Raster in background |
SQL |
Common TOPSQL interface |
Debugging Tools |
|
ATDASC |
Show any text file (ASCII) |
ATDBAK |
Save the actual S-table |
ATDLST |
Show the List of coordinates |
ATDREC |
Load the last saved S-table |
ATDSQ0 |
Turn off the log-file of TOPSQL command |
ATDSQ1 |
Turn on the log-file of TOPSQL command |
ATDSSR |
Show the log-file of TOPSQL command |
ATDSST |
Show the S-table |
6. Kesimpulan dan Rencana Masa Depan
Apa yang telah direalisasi dalam ATD merupakan suatu lompatan yang cukup besar, mengingat hingga 1992 belum ada suatu software CAD yang bisa mengolah data secara database. AutoCAD sendiri hingga release 12 ini juga belum bisa menampilkan data raster seperti citra Landsat atau foto udara digital untuk didigit secara on-screen.
Sementara itu software database yang populer seperti ORACLE atau DBIV juga belum mampu mengelola data spatial, baik vektor maupun raster.
Meski demikian, ide-ide yang dimunculkan dari penelitian ini diharapkan bisa segera diserap di kalangan industri.
Untuk jangka pendek, ATD akan ditingkatkan dengan menambah 1 byte lagi pada S-table sehingga mampu mengelola 255 table dalam satu AutoCAD workspace.
Kemudian data raster yang selama ini masih disimpan external akan disimpan pula dalam TOPDB.
Dan karena sudah ada AutoCAD release 12 maka feature dialogbox akan dimanfaatkan agar software ini makin user-friendly.
Amhar, F.: Anbindung einer topologischen Datenbank (TOPDB) an Autocad über die ADS-Schnittstelle. Diplomarbeit am Institut für Photogrammetrie und Fernerkundung der TU Wien, 1993.
Autodesk, Inc.: AutoCAD Development System (TM), Programmer’s Reference Manual. Publication AC11ADS-E1, Dec 1990.
Autodesk, Inc.: Autodesk SQL Extension Reference Manual, 1992.
Haussteiner, K.: Aufbau eines Gewässerinformations-system für Österreich mit Hilfe einer relationalen Datenbank. Diplomarbeit am Institut für Photogrammetrie und Fernerkundung der TU Wien, 1989.
Institut für Photogrammetrie und Fernerkundung der TU Wien: TOPDB Dokumentation (unveröffentlicht). Wien, 1992.
Jones, F.H., Martin, L.: AutoCAD und Datenbanken: Grundlagen professioneller CAD-Datenbank-technik. tewi Verlag, München, 1989.
Loitsch J., Molnar, L.: A Relational Database Management System with Topological Elements and Topological Operators. Paper presented at the Conference SPATIAL DATA 2000 at Christ Church, Oxford University, on 17-20 Sept 1991.
Michalicka, P.H.: ADS für AutoCAD, Version 11: Die effektive Einbindung externer Anwendungen in AutoCAD-Applikationen mit Hilfe von ADS. IWT Verlag, Vatersteten bei München, 1991.
Smith, J., Gesner, R.: Inside AutoLISP: Using AutoLISP to Customize AutoCAD. New Riders Publishing, Thousand Oaks CA, 1989.
Watcom Publication Limited: Watcom-Fortran 77 Language Reference, 1992.