Beyond the Scientific Way

Fahmi Amhar Official Blog

Archive for the ‘Pendidikan’ Category

INI LHO CARA KERJA INTELIJEN

Monday, September 5th, 2011

Tulisan ini saya buat untuk orang-orang yang “semi-paranoid”, penakut sekali, karena menyangka Facebook ini alat intelijen sehingga menolak baik untuk menggunakan nama sebenarnya maupun mengisi data di Facebook dengan selengkapnya, apalagi ditambah foto diri.  Mereka minta di-add, tetapi tidak equal (setara).  Mereka mengenal kita (yang alhamdulillah profile-nya lengkap), tetapi kita tidak mengenal mereka.  Wah, jadi rupanya kita diajak berteman dengan hantu … 🙂

Saya tahu sedikit-sedikit tentang cara kerja intelijen.  Kalau anda ingin tahu lebih mendalam, banyak buku tentang itu, misalnya yang favorit saya adalah “By Way of Deception” karya Victor Ostrovsky.

Bagaimana intelijen bekerja melalui dunia maya?

Perlu kita ketahui, di dunia maya bersliweran triliyunan informasi setiap hari, baik melalui email, web, facebook, twitter, dsb.  Sekalipun intelijen bisa menyadap semua jalur internet, tetapi terlalu banyak itu untuk dibaca semua oleh suatu dinas  intelijen, sekalipun disana bekerja ribuan orang.  Oleh karena itu, mereka tidak akan bekerja acak, tetapi dengan alur sistematika tertentu.

1. Mereka hanya akan memonitor orang-orang yang dibidik dulu.  Misalnya tokoh-tokoh politik.  Mereka tidak akan buang waktu untuk menguntit anda yang hanya seorang mahasiswa / pemula, kecuali mereka tahu anda dekat dengan tokoh yang sedang dibidik.  Orang-orang yang sudah biasa tampil di depan publik sebagai wakil dari suatu gerakan politik pastilah ada file-nya di kalangan intelijen.  Kalau di Muhammadiyah: tokoh seperti Dien Syamsuddin, atau di HTI: tokoh seperti Ismail Yusanto, pasti ada filenya yang cukup tebal di intelijen.  Sayapun, karena beberapa kali tampil sebagai pembicara di acara-acara yang berbau politik, meskipun sebagai akademisi, pastilah ada filenya di intelijen sana, bahkan saya yakin, file itu tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di-share di komunitas intelijen internasional.

2. Mereka akan memonitor arus informasi dari dan ke tokoh-tokoh yang dibidik itu, untuk melihat pola.  Ini ada teori dalam ilmu sosiometri, yaitu mengukur tingkat kedekatan antar manusia.  Orang-orang yang memiliki kedekatan pastilah lebih tinggi frekuensi komunikasinya dibanding yang tidak.  Jadi, kalau anda lebih sering membuka wall-saya, mengirim respon (komentar, thumb) atau message ke saya, atau bahkan mengirim e-mail ke saya, maka secara umum anda dianggap memiliki kedekatan dengan saya, sekalipun anda menggunakan nama palsu.  Mereka tidak perlu tahu isi pesan kita, tetapi mereka tahu kita ini “dekat”.

3. Sulitkah melacak orang sebenarnya yang menggunakan nama palsu?  SAMA SEKALI TIDAK SULIT.  Ada teknologi yang disebut “Computer-Forensic”.  Setiap kita menggunakan komputer, kita pasti meninggalkan jejak.  Jejak itu berasal dari IP-address dan CPU-ID komputer yang kita pakai.  Karena itu, polisi bisa melokalisir posisi teroris, sekalipun mereka login dari warnet, kecuali kalau mereka setiap saat pindah warnet, dan memakainya tidak lebih dari 15 menit.  Lima belas menit adalah waktu yang dibutuhkan polisi untuk bergerak menuju warnet tersebut, kecuali warnet itu diam-diam sudah dikepung.  Demikian juga bila kita mengakses dari handphone.  Sekalipun kita setiap saat berganti sim-card, dan registrasi dengan nama palsu, kalau kita memakainya agak lama, kita tidak terlalu sulit untuk dilokalisir.

4. Jadi, menggunakan nama palsu tidak banyak menolong kalau anda sudah dibidik oleh intelijen.  Tokoh-tokoh yang menyadari dirinya menjadi target, tidak akan menggunakan trik itu.  Trik yang tepat adalah menggunakan teknologi enkripsi (persandian) setiap mereka mengirim pesan rahasia ke tokoh lain.  Itu jika isi pesan itu memang rahasia. Kadang-kadang mereka menggunakan clear-text, tetapi menyamarkan beberapa kata tertentu, sehingga kalau disaring oleh mesin pencari, akan didapat terlalu banyak hasil sehingga tetap tidak menolong si intel itu.  Bayangkan anda mencari kata “000” dengan Google, anda akan mendapat 2,5 Milyar hasil, yang sebagian besar jelas tidak relevan dengan yang anda cari.

5. Adanya Google, Yahoo, Facebook, Twitter dsb memang memudahkan intelijen untuk mendapatkan gambaran profil seseorang yang pernah “go public”.  Tapi itu memang risiko bagi orang yang akan memunculkan gagasannya di ruang publik, dan menggunakan internet.  Andaikata tidak ingin diprofil dengan mudah oleh intelijen ya caranya gampang juga: (1) jangan pernah memunculkan gagasan di ruang publik dalam bentuk apapun; (2) jangan pakai internet.  Ini biasanya yang digambarkan di cerita-cerita pada tokoh-tokoh kunci sebuah Konspirasi Dunia, mereka yang menjadi otak intelektual justru tidak pernah dikenal orang dan tidak pernah pakai internet.  Konon maximum hanya 3 orang yang mengenal sang Big-Boss ini secara langsung; Dan 3 orang itu harus siap untuk dibunuh kalau sampai tertangkap, untuk tetap menutup jalur ke Big-Boss … Apakah anda berpikir anda sudah pantas jadi Big-Boss konspirasi dunia?Sehingga anda keberatan memberikan nama & profile sebenarnya di Facebook?

Tapi kalau anda bukan seperti itu, maka anda hanya seorang pengecut, yang sekali-sekali mungkin akan memunculkan komentar yang tidak bertanggungjawab melalui media ini …

Salam

Menjadi Matematikawan Mulia

Sunday, July 24th, 2011

Dr. Fahmi Amhar

Menjadi matematikawan?  Itu ilmu “ningrat%

“Godfather” Geodesi & Geomatika itu telah pergi selamanya

Tuesday, March 29th, 2011

Sebuah dentuman keras membuat tubuh seorang pemuda terlempar dari atas kapal dan terombang-ambing di laut lepas. Penumpang  lainnya terlihat bertebaran seperti titik-titik hitam yang timbul tenggelam diterjang ombak.

Pada sepotong papan dan semangat hidup yang terus menyala, pemuda yang tidak bisa berenang itu mengantungkan harapan hidupnya.

Selintas, peristiwa itu mirip kisah Jack Dawson yang diperankan apik oleh aktor Leonardo DiCaprio dalam film Titanic.

Tapi siapa yang menyangka bahwa kisah dramatis itu merupakan penggalan dari perjalanan panjang kehidupan Prof. Dr. Ir. Jacub Rais, M.Sc., salah satu perintis geomatika di Indonesia.

Perjalanan hidup Jacub Rais memang belum ditakdirkan berakhir dalam peristiwa yang terjadi pada 4 April 1944 itu. Padahal sebelum kapal meledak karena terkena torpedo, ia begitu ketakutan dan bersembunyi di belakang drum bahan bakar. Untung ada seorang Jepang memerintahkannya untuk maju ke ujung depan kapal.

Kehidupan Gurubesar Emeritus ITB kelahiran Sabang, 18 Juni 1928, itu memang diwarnai petualangan dan perjuangan. Dalam sebuah kegiatan semasa aktif di kepanduan Hisbul Wathan (HW), regu berkemahnya disatroni harimau. Ketika Kota Sabang mendapat serangan bom udara dari tentara Jepang pada Februari 1942, ia tidak mengubris perintah gurunya untuk masuk ke lubang perlindungan. Jacub Rais lebih memilih untuk pulang ke rumah, berlari kencang di tengah-tengah hujan bom dan mayat-mayat yang bergelimpangan.

Semasa Perang Dunia II, untuk mempertahankan hidup, ia ikut menjarah toko milik orang keturunan Tionghoa. Melihat hasil jarahannya, ibunya marah-marah karena stoples-stoples yang dibawanya pulang bukan berisi bahan makanan tetapi obat-obatan.

Semasa revolusi kemerdekaan, Jacub Rais ikut berjuang mengangkat senjata dengan menjadi Tentara Pelajar Aceh Detasemen Glee Genteeng. Pada waktu itu ia pernah mendapat tugas penuh resiko yaitu memasang detonator pada bom seberat 250 ton. Tapi, gelora perjuangan tak memadamkan semangatnya untuk belajar. Di sela-sela perang, ia masih menyempatkan diri untuk membuka buku-buku pelajaran goniometri, bahasa Inggris, fisika dan kimia.

Semangat belajar Jacub Rais memang sangat kental. Bahkan ketika hendak melanjutkan pendidikan ke pulau Jawa, karena tak punya cukup uang, ia nekad menjadi penumpang gelap. Perjalanan itu tak mulus karena ia sempat diusir oleh kapten kapal di Teluk Bayur, Padang.

Akhirnya secarik iklan tentang penawaran beasiswa untuk Jurusan Geodesi (Afdeling Geodesie) di “Universiteit van Indoenesia, Fakulteit der Technische Wetenschappen” (sekarang Institut Teknologi Bandung) membuka pintu jalan hidupnya untuk mengakrabi bumi. Selepas lulus ITB, pada Februari 1956, Jacub Rais langsung menduduki jabatan sebagai kepala Kantor Jawatan Pendaftaran Tanah (JPT) Semarang.

Dua tahun kemudian dunia kampus memanggil hatinya untuk kembali. Dorongan yang kuat itu membawanya bukan hanya menjadi dosen tapi terlibat dalam pendirian fakultas dan perguruan tinggi seperti pendirian Akademi Teknik di Universitas Semarang, merintis jurusan Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada dan pendirian Universitas Diponegoro.

Melalui dunia pendidikan itulah, diawali dengan kiprahnya di bidang Geodesi, Jacub Rais mengenalkan dan mengembangkan ilmu Geomatika yang relatif baru di Indonesia. Berbagai karya ilmiah dan pemikirannya yang berkaitan dengan Geomatika telah berhasil diaplikasikan di Indonesia.

Rasanya tak salah jika buku otobiografi ini bertajuk ”Jacub Rais 80 tahun, Merintis Geomatika di Indonesia”.

Komentar berbagai kalangan yang dimuat dalam buku ini seperti mengamini jasa dan kontribusi Jacub Rais dalam pengembangan Geomatika, bidang ilmu yang menyatukan  Geologi, Geodesi, Geografi, Geofisika, dan Informatika. Salah satunya adalah Dr. Ir. Tiene Gunawan Msc, Perencana Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Sumber Daya Alam, konsultan independen untuk perencanaan spasial dan konservasi.

Menurutnya, ”Pak Rais tidak mengenal lelah dalam mengembangkan ilmu Geomatika karena beliau percaya bahwa ilmu itu dapat menyelesaikan banyak masalah yang berkaitan dengan keruangan dalam pengelolaan sumberdaya alam yang kita miliki.”

Bahkan Prof. Dr. Hasanuddin Z. Abidin, Kelompok Keilmuan Geodesi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB mengatakan bahwa, “Dalam dunia Geodesi Geomatika di Indonesia, tidak dapat dipungkiri – Prof. Jacub Rais dapat diposisikan sebagai ‘godfather’”.

disunting dari e-Magazine Technology Indonesia, technologyindonesia.com

Pada 28 Maret 2011, Prof. Dr. Ir. Haji Jacub Rais, MSc. telah pergi selamanya menghadap Yang Maha Mendengar lagi Mengetahui.  Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya, menerima amalnya, dan menempatkannya bersama dengan orang-orang yang mulia di surga-Nya.  Amien.