Beyond the Scientific Way

Fahmi Amhar Official Blog

Archive for the ‘Pendidikan’ Category

Belajar Mengetik 10 Jari karena ditipu

Tuesday, October 16th, 2012

Segalanya bermula dari sebuah tipu-tipu.

Suatu hari ada iklan KURSUS GRATIS dari sebuah sekolah bernama Institut Wiraswasta.  Tempat kursusnya bangunan semi permanen. Ada jurusan mengetik, jurusan elektronika, jurusan bahasa Inggris dsb.  Saya waktu itu masih kelas 2 SMP.  Saya iseng-iseng daftar kursus mengetik.  Bahasa Inggris atau Elektronika sudah dapat di sekolah.  Oya, ini tahun 1981.  Saat itu di kota saya di Magelang saya kira belum ada computer satupun !

Kursus dimulai.  Ternyata saya murid satu-satunya.  Tidak ada guru.  Ada asisten, tetapi dia ternyata murid kursus juga yang sudah lebih dulu.  Saya disodori diktat, suruh menyalin.  Setelah selesai, kursus berikutnya mulai pakai mesin ketik jadul.  Karena tidak ada pita, maka diketik pada dua lembar kertas buram yang diselipi karbon.  Ketikan akan terbaca di kertas yang di bawah.  Di atasnya tidak terlihat apa-apa.  Saya ingat saya mesti menulis sebuah kalimat “The quick brown fox jumps over the lazy dog” 1000 kali (kira-kira 15 lembar kertas).  Kalimat ini mewakili seluruh huruf latin yang ada. Kemudian setelah itu, sesuai diktat, ada sekian macam tulisan lagi yang harus diketik.  Dan semua sesuai aturan, huruf a pakai jari kelingking, huruf s pakai jari manis dsb.  Karena tuts mesin ketik manual kuno itu sangat berat, kuku jari kelingking saya sampai pecah!

mesin ketik jadul

mesin ketik jadul

Dua minggu kemudian, pemilik kursus datang.  Ketika melihat saya sudah latihan mengetik, dia tanya, “Sudah ujian teori belum?”.  Saya jawab, “belum”.  “Oh, gak bisa langsung latihan praktek begini, harus ujian teori dulu!”.  Ternyata untuk ujian teori harus bayar cukup mahal.  Wah saya merasa ditipu. Akhirnya saya tidak datang lagi.  Tapi saya sudah dapat ilmu.  Biarin saja gak dapat sertifikat. Saya ingin membuktikan bahwa saya bahkan bisa lebih lancar mengetik dari mereka yang menggondol sertifikat.

Setelah itu saya mulai suka mengetik.   Kebetulan tak lama kemudian kakak saya beli mesin ketik Brother, karena mulai banyak tugas kuliah.  Saya menawarkan diri mengetikkan, agar saya dibolehkan meminjam untuk mengetik karangan saya sendiri.   Saya memang sejak itu rajin menulis dan mengirimkan karangan ke berbagai media serta mengikuti banyak sekali lomba mengarang / karya ilmiah.  Jadilah makin lama saya makin mahir mengetik.  Benar-benar 10 jari, tanpa melihat keyboard.  Kecepatan bisa mencapai  40 word per minute. Dan saya bahkan bisa mengetik saat lampu mati dengan hasil relatif bersih dari kesalahan !

mesin ketik Brother

mesin ketik Brother

Pas awal kuliah di Luar Negeri, saya sempat berniat rutin mengirim karangan ke sebuah majalah remaja.  Karena belum punya mesin ketik, beberapa karangan terpaksa ditulis tangan dan dikirim via pos.  Saya lalu sempat beli mesin ketik elektrik yang bisa menyimpan teks.  Tapi memorynya cuma 8000 bytes !  Cuma sehalaman !!  Yang bikin repot, kertasnya harus kertas thermal.  Wah ternyata mahal di ongkos.  Tetapi ketika kemudian di campus ada akses computer, mesin ketik baru itu akhirnya nyaris tidak pernah saya pakai.  Sepuluh tahun kemudian, mesin ketik yang masih tampak baru itu saya hadiahkan orang.  Gak tahu terpakai apa tidak.

Tahun 1987 itu computer (PC) masih sangat mahal.  Sebuah computer dengan prosesor 80287, RAM 640 KBytes, dan harddisk cuma 20 MB !!!, harganya hampir US$ 4000. Mungkin anak sekarang akan koprol sambil bilang “Wow”.  Jadi sementara saya hanya mengetik kalau di campus saja.  Alhamdulillah, asal tidak lagi ada praktikum, semua PC di lab bebas dipakai mahasiswa.  Ternyata mengetik di komputer memang jauh lebih mudah.  Semua bisa diedit.  Semua bisa diformat ulang. Tetapi ternyata, dengan keahlian mengetik 10 jari, saya bisa jauh lebih cepat mengetik dengan komputer dari orang lain.  Saya berani adu cepat mengetik dengan semua sekretaris kantor saya saat ini  he he  (kalau dengan sekretaris di kantor berita Antara atau di sekretariat jenderal DPR RI ya gak lah) … :-).  Kelemahan saya cuma satu: tidak punya sertifikat!  Saya bisa mengikuti rapat, bahkan memimpin rapat, sambil menulis apa yang dibicarakan orang.  Jadi selesai rapat, notulen rapat juga selesai.  Gara-gara ini saya pernah dimarahi boss saya.  “Sdr. Fahmi konsentrasi rapat saja, jangan sambil mengetik!”.  He he … soalnya beliau tidak bisa seperti itu.

Ketika saya kuliah di Austria, saya sempat pula cari uang dengan mengetikkan skripsi.  Lumayan juga, di sana dibayar sekitar 2 Euro per halaman.  Padahal kalau sudah lancar, kita bisa dapat 8-10 halaman per jam, tergantung tingkat kerumitan yang ditulis.  Namun ada juga bedanya mengetik pikiran sendiri dengan mengetikkan pikiran orang.  Kadang-kadang, kalau yang saya ketik itu ada kesalahan bahasa, saya “gatel” juga untuk langsung mengoreksi.  Padahal mestinya ya biarin saja ya?  Kan kita cuma “copy-typist”.  Tapi bisa sih diatur dalam kontrak, apakah kita sekedar mengetikkan coretan tangan cakar ayam, atau sekaligus mengetikkan yang baik dan benar …

Jadi kadang-kadang saya bersyukur … untung dulu ada tempat kursus ngetik gratis, walaupun tipu-tipu … 🙂

posisi jari di keyboard

 

Belajar “Mensyukuri Langit” Setiap Hari

Monday, October 8th, 2012
Tata Surya

Fisika dan Astronomi

Bagi kami yang mencintai dunia fisika dan astronomi – sehingga relatif akrab dengan keduanya –  tiap hari adalah bersyukur.  Seperti hari ini.

Observatorium Remanzacco merelease berita melintasnya Asteroid-2012-TV pada Minggu 7 Oktober 2012 pukul 22:04 WIB  (http://www.sott.net/article/252047-Close-Approach-of-Asteroid-2012-TV).  Asteroid yang berdiameter 40 meter itu melintas hanya sejauh 255.000 km dari Bumi, alias lebih dekat ketimbang jarak Bulan ke Bumi (yang besarnya 384.000 km).  Titik terdekat permukaan Bumi dengan asteroid pada saat itu adalah Selandia Baru. Saat melintas dekat tersebut, Asteroid 2012 TV melesat dengan kecepatan 15 km/detik alias 54.000 km/jam.

Dari beberapa batu meteor yang pernah ditemukan, diduga keras bahwa asteroid terdiri dari elemen besi.  Sebuah bola berdiameter 40 m berbahan besi (massa jenis 7,8 kg/liter) akan memiliki massa sekitar 263 juta ton.  Bila sebagian besar menguap karena gesekan dengan atmosfir atas, dan hanya sepersejuta yang jatuh menghantam bumi, maka materi yang tersisa itu masih pula 263 ton.  Namun dengan kecepatannya yang dahsyat, bola besi “sekecil” itu masih pula memiliki energi kinetik lebih dari 29 ribu Giga Joule. Dibandingkan dengan energi dalam bom atom Hiroshima yang “hanya” 15 kiloton TNT (15 x 4,18 Giga Joule), maka energi asteroid itu masih senilai 472 bom atom Hiroshima.

Allah Maha Pengasih dengan menjadikan asteroid itu hanya “lewat”, tidak “singgah” di bumi.  Hingga kini, kemungkinan asteroid menghantam bumi sangat kecil, mungkin sekali setiap sejuta tahun.  Kejadian terakhir adalah di Tunguska Rusia 30 Juni 1908.  Batu besi yang menghantam bumi itu kira-kira berdiameter 45-70 meter.  Energinya setara dengan 10 megatons TNT atau 666 bom atom Hiroshima.  Allah Maha Pengasih dengan menjatuhkan “batu neraka” itu di daerah tanpa penduduk.  Apa jadinya jika batu itu dijatuhkannya di tempat-tempat yang kita cintai?  Allah yang Maha Memiliki lebih pantas kita cintai.  Bahwa batu itu tidak mencelakakan Anda hari ini, adalah sebuah peringatan, bahwa Allah masih menginginkan Anda menjalani rencana-Nya yang lain!  Rencana itu adalah jalan sesuai syariah-Nya.  Mari kita jalani rencana-Nya itu dengan sepenuh hati, bahwa apa yang Dia kehendaki, adalah yang terbaik dalam hidup kita.

Belajar Memahami Urgensi perbuatan Kita

Friday, September 28th, 2012

Setiap Anda melakukan sebuah perbuatan, pernahkah Anda bertanya pada diri sendiri: “Apa bahayanya bagi dunia, bila Anda tidak melakukan itu?”

Silakan Anda uji sendiri:

– Bila Anda nonton piala dunia sepak di TV: “Apa bahayanya bagi dunia, bila Anda tidak menonton siaran tersebut?” – apakah kira-kira Anda ditakdirkan menjadi komentator terkenal, yang mampu memindahkan ketegangan antar negara dari kancah militer ke lapangan bola saja ?

– Bila Anda sedang kuliah: “Apa bahayanya bagi dunia, bila Anda tidak kuliah?” – apakah kira-kira Anda ditakdirkan menjadi seorang profesional kelas dunia, dan ketidakhadiran Anda pada kuliah itu, menyebabkan Anda gagal menjadi sarjana, dan tertutup pula jalan menjadi profesional tersebut ?

– Bila Anda sedang kontak dakwah: “Apa bahayanya bagi dunia, bila Anda tidak kontak?” – jangan-jangan orang yang Anda kontak itu ditakdirkan menjadi pencerah bagi seorang jenderal sangat berpengaruh yang akan mengusir penjajahan dan menopang keadilan berdasarkan syariah ?
Hidup ini tidak linier.  Kita tidak pernah tahu peran apa yang sesungguhnya Allah gariskan untuk kita.  Tetapi kita bisa menimbang-nimbang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman, seberapa urgen perbuatan kita.  Tinggal seberapa jauh kita dapat menghayati, “jangan-jangan” kita ditakdirkan memiliki peran yang signifikan di dunia ini, tetapi hanya efektif bila kita memilih pilihan yang tepat dalam garis hidup kita.

Masyarakat yang paling rendah mutunya adalah DOING-NOTHING-SOCIETY.  Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk ngerumpi, ngomongin orang, atau ngomongin sesuatu yang tidak terkait dengan solusi atas masalah real yang dihadapi.

Agak naik sedikit adalah WATCHING-SOCIETY.  Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menonton, bisa menonton TV, menonton kecelakaan, menonton kemungkaran, tanpa berbuat apa-apa.  Kemungkaran atau kesusahan hidup orang lain hanya menjadi objek tontonan.

Lebih tinggi lagi adalah LISTENING-SOCIETY.  Mereka mulai mau mendengarkan.  Bagi orang-orang yang sedang pepat hatinya karena kesulitan hidup yang terlalu besar, adanya orang yang mau mendengarkan memang bisa sedikit meringankan beban pikiran, meski belum merupakan solusi tuntas.

Naik lagi adalah READING-SOCIETY. Mereka mulai mau membaca, baik membaca buku, kitab suci, media elektronik atau membaca alam.  Mereka mulai mengambil ilmu di luar ruang lingkup hidupnya sehari-hari, bahkan dari masa yang berbeda.  Menurut Islam, ini adalah standard minimal dari bentuk masyarakat. Wahyu pertama kepada Nabi Muhammad adalah perintah untuk membaca.

Lebih afdhol lagi adalah WRITING-SOCIETY.  Masyarakat yang mulai maju ditandai dengan produk tulisan yang semakin banyak, yang mendokumentasikan akumulasi pengetahuan yang dimilikinya, sehingga berguna menembus ruang dan waktu.

Dan puncaknya adalah LEARNING-SOCIETY.  Ini adalah masyarakat yang menjadikan ilmu pengetahuan sebagai dasar sikap dan perbuatannya.  Mereka telah membaca pengalaman dari siapapun, dan terus memperbaiki diri.  Inilah masyarakat yang memiliki banyak mujtahid.

Nah, sudahkah kita menempatkan diri menjadi LEARNING-PERSON – pribadi yang terus belajar, terus memperbaiki diri ?  Kata Nabi, belajar adalah kewajiban setiap muslim sejak dari buaian hingga liang lahat.  Dan kita terus belajar memahami urgensitas setiap perbuatan kita.  Dengan itu kita akan mendapatkan kualitas amal yang makin baik. Bukanlah Allah menciptakan hidup dan mati itu hanya untuk menilai siapa dari kita yang lebih baik amalnya?  Amal yang baik adalah amal yang benar (menurut syariah) dan ihlas (ditujukan untuk meraih keridhaan Allah). Dan kata Nabi, orang yang terbaik adalah orang yang paling mendatangkan manfaat bagi manusia lain.

Kalau ini kita gabungkan, maka perbuatan yang paling urgen adalah perbuatan yang syar’i, yang hanya ditujukan untuk meraih keridhaan Allah, dan paling besar mendatangkan manfaat bagi manusia.