Sesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu cara mereka meng-internalisasi (menghayati) apa yang mereka telah ketahui dan amalkan.
Perbedaan manusia dengan malaikat adalah, manusia itu diberi kebebasan memilih, apa yang ingin dilakukannya. Kalau malaikat semuanya taat, tidak bisa ingkar atau maksiat. Malaikat tidak diberi pilihan. Manusia bisa memilih. Pilihan itu sesuai dengan apa yang diketahuinya, dan apa yang setelah itu menurutnya bermanfaat atau menguntungkannya, baik langsung maupun tak langsung, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang.
Tanpa internalisasi, banyak amal dilakukan tanpa ruh, hanya seperti robot. Ada orang sholat sudah puluhan tahun, bahkan juga pergi haji berkali-kali, tetapi tetap belum bisa “menghadirkan” Allah dalam dirinya. Dia kesulitan merasakan nikmatnya ihsan dan ihlas. Dia belum pernah bisa merasakan nikmatnya menangis di depan Allah, atau tergetar hatinya ketika mendengar ayat-ayat Allah. Hanya orang yang rajin melatih meng-internalisasi amalnya itu yang mampu merasakan kelezatan iman.
Ketika dia wudhu, dia merasakan Allah sedang membersihkan noda-noda dosa dari dirinya. Ketika dia sujud, dia merasa bersimpuh di depan Allah Yang Maha Perkasa yang siap menghukumnya atas kesalahannya. Bahkan, setiap hari ketika dia merasakan lembutnya sinar matahari pagi, hatinya bisa tergetar, betapa Allah Maha Mengasihinya. Padahal, Allah sangat mampu menjadikan syarafnya mati, sehingga dia tidak mampu lagi merasakan lembutnya sinar matahari itu. (more…)
1 Mei di seluruh dunia
Buruh merayakan “kemenangannya”
demonstrasi dan pawai di jalan-jalan raya
tak terlalu peduli dengan akibat kemacetannya.
1 Mei di seluruh dunia
Buruh mengeluhkan berbagai persoalannya
Batalkan kenaikan harga BBM, salah satu tuntutannya
Hapuskan Outsourcing dan tegakkan UMP, lanjutnya.
1 Mei di seluruh dunia
Para pengusaha semaking pusing kepala
Kenaikan harga BBM membuat mereka juga tersiksa
Terus dengan tuntutan buruh? Wah mending bubar saja!
Wahai kaum buruh, wahai kaum pengusaha!
Belum sampaikah berita tanpa kepentingan kepada Anda?
Bahwa penyebab derita ini adalah kapitalisme yang menggurita,
yang kokoh di atas fondasi sekulerisme tak kenal Sang Pencipta,
Karena Sang Pencipta konon ‘diusir ke tempat yang mulia saja’,
sedang Demokrasi menggantikannya mengatur urusan dunia.
Wahai kaum buruh, wahai kaum pengusaha!
Mari kita bersatu menjadikan syari’ah solusinya!
Syariah hubungan industrial dan upaya mensejahterakan bangsa,
karena Allah dan Rasul meninggalkannya dengan amat sempurna,
selama kita tahu siapa saja yang harus menerapkannya,
yaitu individu, kelompok, dan Khilafah sebagai negara!
Ini penggalan sebuah kisah nyata,
Di sebuah universitas swasta tak jauh dari ibu kota,
Yang uang pangkal dan SPP-nya aduhai murahnya,
Karena memang didirikan untuk kalangan tak berpunya.
Tapi lalu universitas itu punya kendala,
Hanya mampu membayar dosennya ala kadarnya,
Uang transpor sekali hadir hanya 15.000 rupiahnya,
1 jam lektor madya hanya 10.000 harganya.
Beberapa orang yang semula mau mengajar di sana,
Lama-lama menjadikannya prioritas nomor dua,
Lama mahasiswa tak melihat kehadirannya,
Bahkan jelang ujian, kuliah baru dua-tiga kali terselenggara.
Demikian juga dengan fasilitas laboratoriumnya,
Ini fakultas teknik atau fakultas sastra ?
Cuma menghafal itu kompetensi mahasiswanya.
Adapun memecahkan masalah, gelap semuanya!
Apakah pemerintah bersedia membantunya?
Ah, pendidikan tinggi itu bukan kebutuhan dasar, katanya.
Kalau di universitas negeri, tersedia banyak beasiswa.
Toh mereka telah terseleksi berdasarkan intelegensia.
Di universitas swasta ini, semua bisa memasukinya.
Ada test seleksi, tapi sebenarnya hanya pura-pura.
Semua yang ingin kuliah di sana, pasti diterima.
Kelas membludak dan dosen kewalahan, itu akibatnya. (more…)