Pekerjaan paling banyak di Indonesia itu adalah IBU RUMAH TANGGA.
Tapi koq belum ada sekolah yang mendidik jadi calon Ibu Rumah Tangga ya?
Padahal banyak sekali keahlian yang harus dimiliki seorang Ibu Rumah Tangga.
Ini sekedar khayalan kurikulum sebuah “Jurusan Ilmu Rumah Tangga”.
Gelar akademisnya mungkin “S.IRT” (Sarjana Ilmu Rumah Tangga”).
1. Fiqih keluarga & Kepribadian Islam
2. infrastruktur dan teknologi dalam rumah tangga
3. desain interior
4. arsitektur exterior
5. gizi dan nutrisi
6. pengetahuan kuliner
7. fashion dan perawatan pakaian
8. perawatan kecantikan
9. penjagaan kesehatan & kebugaran
10. deteksi & penanganan dini masalah kesehatan
11. olahraga keluarga
12. perencanaan & manajemen keuangan
13. bisnis rumahan
14. bertani di lahan sempit
15. hukum seputar rumah tangga
16. beladiri untuk keluarga
17. manajemen acara keluarga
18. pendidikan anak
19. psikologi keluarga
20. perawatan pasien dan manula
21. perawatan kehamilan dan menyusui
22. media informasi dan komunikasi
23. perencanaan transportasi
24. pengetahuan seputar belanja
25. sosiologi bertetangga
26. kontribusi wanita dalam masyarakat
27. dokumentasi dan informasi keluarga
28. pengembangan kreatifitas anak
29. dakwah di dan dari rumah
30. literatur keluarga
31. metode relaxasi (pijat, yoga)
32. hiburan dan rekreasi islami
33. kesehatan reproduksi
34. tanggap darurat dan kebencanaan
35. politik ramah keluarga
ada masukan lagi?
Pencak Silat adalah warisan budaya Nusantara. Tetapi hingga saat ini belum ada satupun perguruan tinggi yang melakukan riset dan membuka program studi terkait pencak silat. Oleh karena itu sepertinya perlu ada perguruan tinggi yang mau menjadi pelopor. Ini sudah ada bayangan kurikulumnya …
1. Agama Islam ………………………. 4 SKS
2. Etika Dasar …………………………. 2 SKS
3. Kewiraan …………………………… 2 SKS
4. Bahasa Inggris ……………………. 2 SKS
5. Enterpreneurship …………………. 2 SKS
6. Dasar-dasar Ilmu Persilatan …….. 4 SKS
7. Anatomi Tubuh untuk Persilatan … 4 SKS
8. Fisika Dasar Persilatan ……………. 4 SKS
9. Matematika Dasar Persilatan ……. 4 SKS
10. Penginderaan Dasar …………….. 4 SKS
11. Psikologi dalam Persilatan ……… 4 SKS
12. Pengetahuan Persenjataan …….. 2 SKS
13. Sosiologi Masyarakat Persilatan …. 2 SKS
14. Sejarah Persilatan ………………….. 2 SKS
15. Metafisika …………………………….. 2 SKS
16. Pertahanan terhadap Silat Hitam .. 4 SKS
17. Praktikum Kanuragan ……………… 12 SKS
18. Teknik Pernafasan ………………… 4 SKS
19. Teknik Menangkal Racun ………… 4 SKS
20. Pengenalan Herbal ……………….. 4 SKS
21. Persilatan Lanjut ………………….. 4 SKS
22. Penginderaan Lanjut ……………… 4 SKS
23. Praktikum Laku & Mesu Diri …….. 10 SKS
24. Manajemen Padepokan ………….. 4 SKS
25. Dokumentasi Persilatan ………… 4 SKS
26. Membaca Kitab Persilatan ……… 4 SKS
27. Teknik Menulis Kitab Silat ………. 2 SKS
28. Kuliah Kerja Nyata ……………….. 6 SKS
29. TUGAS AKHIR ……………………. 10 SKS
Electives (wajib mengambil 3 dari 6 pilihan):
30. Silat untuk Kesenian…………….. 4 SKS
31. Silat untuk Olahraga ……………. 4 SKS
32. Silat untuk Pertunjukan …………. 4 SKS
33. Silat untuk Kesehatan ………….. 4 SKS
34. Silat untuk Pertahanan …………. 4 SKS
35. Silat dalam Literatur …………….. 4 SKS
total 132 SKS (sudah memenuhi syarat S-1)
Pernyataan Prof. Sofian Siregar bahwa “Sidang isbat malam ini [31 Juli 2011] merupakan pembodohan umat dan cuma seremoni buang-buang anggaran”, karena “Perintah agama untuk melakukan ru’yatul hilal (mengamati bulan baru, red) dilakukan pada tanggal 29 Sya’ban, bukan pada 30 Sya’ban atau 31/8/2011 malam ini” (detiknews.com, 31/7/2011) menunjukkan keawaman seseorang pada fakta falakiyah (astronomi), sekalipun orang itu adalah guru besar syariah.
Yang terjadi sesungguhnya adalah bahwa sejak dunia Islam tidak memiliki pemimpin umum (khalifah), maka setiap negeri dan bahkan nyaris setiap ormas menyusun sendiri kalender hijriyah dengan metode, kriteria dan parameter yang berbeda-beda. Karena itu kalender Islam yang ada di dunia tidak seragam.
Sebagai contoh, kalender Ummul Qura yang dipakai di Makkah Saudi Arabia, dan sepertinya diikuti di institusi tempat Prof. Sofian Siregar bekerja, menggunakan kriteria ijtima’ qabla ghurub (moon-conjunction sebelum maghrib). Karena ijtima’ sya’ban jatuh pada tgl 1 Juli pukul 15:54 WIB, akibatnya, tgl 1 Sya’ban 1432H jatuh pada 2 Juli 2011.. Sedang Kementerian Agama RI dan juga negara-negara ASEAN menggunakan kriteria imkanur rukyat 2 derajat, sehingga 1 Sya’ban 1432H jatuh pada 3 Juli 2011. Karena startnya sudah berbeda, maka tanggal 29 Sya’bannya juga berbeda. Di Indonesia, 29 Sya’ban jatuh pada Ahad 31 Juli 2011.
Manakah dari kriteria itu yang lebih dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah? Karena ini soal fakta, maka semestinya menanyakan kepada para ahli-ahli astronomi yang menekuni falakiyah Islam, terutama masalah rukyatul hilal. Hingga hari ini, para ahli falak yang melakukan rukyat secara teratur tiap bulan dan terdokumentasikan dengan baik (difoto), mendapatkan bahwa hilal baru dapat dirukyat kalau terpenuhi tiga syarat: (1) Astronomi, (2) Baiknya pengamat dan lingkungan pengamatan, dan (3) Cuaca yang mendukung (atau disebut juga syarat ABC). Dari hasil sekian ratus rukyatul hilal yang terdokumentasi dengan baik, didapatkan beberapa kriteria astronomi yang dikenal dengan kriteria Danjon, atau kriteria LAPAN (yang diusulkan Prof. Thomas Djamaluddin), atau kriteria Odeh (Prof. Mohammad Odeh dari Jordanian Astronomical Society). Kriteria itu menyebutkan misalnya tinggi hilal minimal, umurnya, prosentase pencahayaan dan sebagainya, agar tidak ada kekeliruan rukyat.
Namun demikian, meski secara astronomi sudah mungkin terlihat, tidak otomatis bisa diamati, karena kalau syarat B dan syarat C tidak terpenuhi, tetap saja hilal tersembunyi. Untuk itulah pengamatan hilal harus tidak dibatasi tempat tertentu, tetapi dilakukan secara global (rukyat global).
Jadi melalui FB ini saya mengajak Prof. Sofian Siregar untuk bersama-sama mencerdaskan ummat, mengajak ummat bersatu, dan tidak sepihak menganggap bodoh mereka yang saat ini masih berbeda. Maklumilah, inilah buah tidak adanya Khilafah yang mempersatukan kaum muslimin saat ini.
Salam, dan Selamat Berpuasa