Umat Islam di Negeri Plesiran
Dr. Fahmi Amhar
Untuk apa datang ke Orlando, Florida? Florida adalah sinonim untuk “negeri plesiran”. Negara bagian Amerika Serikat ini memiliki iklim tropis – sub-tropis, sehingga tetap hangat ketika musim dingin yang menggigil sedang menyelimuti New York atau Washington DC. Tak heran, di bulan-bulan November hingga Februari nanti, orang-orang dari utara akan berdatangan ke Florida untuk mencari matahari. Apalagi ke Orlando, kota yang telah disulap menjadi surga rekreasi. Kota ini memiliki tak kurang dari 100 objek wisata buatan manusia. Yang besar-besar adalah Universal Studios, Island of Adventures, Walt Disney World, dan Magic Kingdom. Kalau orang berlibur sebulan ke Orlando, belum habis seluruh objek wisata itu akan dikunjunginya.
Namun demikian, karena penulis datang ke Orlando bukan untuk berlibur, tetapi untuk symposium ilmiah, kesempatan yang ada digunakan sekaligus untuk mencari tahu kondisi umat Islam di Orlando.
Sebenarnya tidak sulit mendapatkan informasi tentang Islamic Center Orlando di internet, yaitu di 11543 Ruby Lake Road Orlando, FL 32836. Yang tidak mudah adalah menemukan dan mencapai tempat itu dengan angkutan umum, karena posisinya agak di pinggiran kota yang sepi. Alhamdulillah, tanpa sengaja penulis mendapatkan sopir taksi yang seorang muslim imigran dari Afrika Selatan. Dan dia sangat mengenal masjid itu. Penulis terpaksa ambil taksi karena melihat jam sudah mendekati pukul 12, padahal waktu sholat Dhuhur di Orlando adalah pukul 12:10.
Tetapi sampai di masjid ternyata masih sepi. Ternyata, ibadah Jum’at dipatok dimulai pukul 13:45 untuk khutbah dan sholat pukul 14:00. Pukul 13:15 ada pengajian dulu selama setengah jam, berikut tanya jawab bila ada.
Ternyata ketika khutbah dimulai, jama’ah sudah membludak sampai halaman luar. Parkir mobil sampai di jalan-jalan mencapai hampir 500 meter dari masjid.
Dari informasi yang didapatkan, di negeri plesiran ini ada lebih dari seratus ribu muslim, namun baru ada sekitar 20-an masjid (islamic center). Yang paling berat dirasakan adalah pembinaan anak-anak. Anak-anak mereka tumbuh di Amerika. Isi pengajian pra-khutbah tadi juga menyampaikan keprihatinan. Hasil survei majalah Times 30 Agustus 2010 mengatakan antara lain:
– 75% remaja muslim AS merasa diperlakukan diskriminatif.
– 29% remaja muslim kadang-kadang (terpaksa) menggunakan nama yang tidak khas sebagai muslim.
– 47% mahasiswa muslim di AS minum alkohol.
– Tahun 2001, 59% publik masih memiliki opini positif tentang Islam, tahun 2005 tinggal 41%, dan tahun 2010 tinggal 30% yang beropini positif.
Sang Imam juga menyampaikan keprihatinan, bahwa mereka sebagai warga negara Amerika Serikat wajib membayar pajak, dan pajak itu dipakai pemerintah Amerika Serikat untuk menjajah dan membunuhi saudara-saudara seiman di luar negeri (Iraq dan Afghanistan). Untuk itu Amerika harus berubah.
Di samping masjid berdiri Muslim Academy of Great Orlando yang menyelenggarakan pendidikan alternatif dari Taman Kanak-kanak hingga SMA. Namun masih juga ada kecaman dari kalangan islamophobia yang menuduh bahwa kurikulum sekolah ini sejak kelas 1 SD sudah berbau intoleransi dan kekerasan.
Jama’ah masjid Orlando ini juga menyelenggarakan pengurusan jenazah secara Islam, mulai dari memandikan, mengkafani, membawa jenazah dari rumah sakit ke kuburan, pengurusan sertifikat kematin, penggalian kubur, memasang batu nisan dan penulisan identitas jenazah di atasnya. Biaya total pengurusan ini mencapai hampir US$ 4000.
Leave a Reply